10 Saham Energi Paling Bertenaga pada 2022
JAKARTA, investor.id – Tahun 2022 adalah tahunnya saham-saham energi. Hal itu tercermin dari lonjakan indeks saham energi di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang mencapai lebih dari 100% sepanjang tahun ini atau paling tinggi dibandingkan indeks sektor lainnya.
Tercatat, sebanyak 10 saham energi yang paling bertenaga dengan mencetak lonjakan harga sebesar 101% hingga 1.560% sepanjang tahun 2022, sampai tanggal 27 Desember.
Saham PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) tercatat sebagai saham energi dengan kenaikan harga tertinggi mencapai 1.560%. Kemudian, saham yang sedang hot, yaitu PT Bayan Resources Tbk (BYAN), yang terkerek naik 766,7%, serta saham PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) yang melejit 419,2%.
Selanjutnya, saham PT RMK Energy Tbk (RMKE) yang harganya melesat 325,6%, PT Golden Eagle Energy Tbk (SMMT) sebesar 229,2%, PT Astrindo Nusantara Infrastruktur Tbk (BIPI) 226%, dan PT Eterindo Wahanatama Tbk (ETWA) 220,9%.
Kemudian, saham PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) sebesar 196%, PT Petrosea Tbk (PTRO) 105,9%, dan PT Mitrabara Adiperdana Tbk (MBAP) 101,3%.
![](https://img.beritasatu.com/investor/1672291326.jpeg)
Lonjakan saham energi tersebut, terutama saham emiten migas dan batu bara, didorong oleh sentimen global. Untuk minyak dan gas (migas), pengetatan pasokan global dengan pemangkasan target produksi telah mendongkrak harga minyak. Ditambah, embargo terhadap minyak Rusia sebagai imbas dari konflik antara Rusia dan Ukraina turut menekan pasokan di pasar.
Kondisi itu mendorong Goldman Sachs menaikkan proyeksi harga minyak Brent 2022 menjadi US$ 104 per barel dari US$ 99.
Tahun 2023, harga minyak bahkan diperkirakan menembus US$ 110 dari proyeksi US$ 108.
Mengenai batu bara, Research & Development ICDX Girta Yoga mengatakan bahwa pergerakan harga ‘emas hitam’ tersebut masih akan bullish hingga akhir tahun ini. Bahkan diperkirakan tetap bertahan di atas US$ 400 per ton hingga awal 2023.
Sentimen utama penggerak kenaikan harga batu bara masih seputar peningkatan permintaan. Terutama, dari negara-negara Eropa karena persiapan stok menghadapi berlangsungnya musim dingin di tengah ketatnya pasokan akibat embargo yang dilakukan pada Rusia.
Yoga memprediksi harga batu bara bergerak pada level resistance US$ 425-450 per ton dan support di kisaran harga US$ 375-350 per ton.
Editor : Jauhari Mahardhika (jauhari@investor.co.id)
Sumber : Investor Daily