Amonia Biru Jadi Andalan Baru Surya Esa (ESSA)

28 April 2022 | Sumber: investor.id

JAKARTA, investor.id – PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA) mengandalkan penjualan produk baru, yaitu amonia biru, untuk mendongkrak kinerja. Tingginya harga jual rata-rata amonia dan LPG akan turut menopang kinerja emiten produsen bahan kimia tersebut.

Selama 2021, Surya Esa Perkasa berhasil membukukan pendapatan sebesar US$ 13,9 juta. Meski membukukan penurunan produksi amonia, hal ini mampu ditutup harga jual rata-rata atau Average Selling Price (ASP) amonia dan LPG yang naik signifikan 98,7% dan 59,5% secara tahunan.

“Penurunan produksi dari amonia disebabkan oleh maintenance yang dilakukan pada Oktober 2021, sehingga produksi amonia turun hingga 14,2% menjadi 566 ton. Meski begitu, NPM dari ESSA menjadi lebih rendah dibanding 2017-2018,” jelas analis BRI Danareksa Sekuritas Ignatius Teguh Prayoga dalam risetnya.

Tahun ini, Ignatius menyampaikan bahwa permintaan amonia dan LPG akan meningkat. Proyeksi itu sejalan dengan perang Ukraina dan Rusia yang masih berjalan dan menyebabkan volatilitas pada harga jual rata-rata. Dari 20 juta ton amonia non-pupuk yang diperdagangkan secara global, Rusia memasok 4 juta ton, sementara ESSA menyumbang 0,7 juta ton.

Peningkatan permintaan ini diproyeksikan mampu diakomodir oleh perseroan setelah periode pemeliharaan pabrik selesai dan kembali berjalan dengan normal. Manajemen ESSA percaya bahwa kinerja positif perusahaan akan berlanjut, sejalan dengan pemulihan ekonomi global pulih setelah pandemi.

Ke depan, Ignatius memproyeksikan salah satu produk dari ESSA yakni amonia biru berpotensi menjadi salah satu alternatif bahan bakar. Amonia biru merupakan produk hasil kerja sama ESSA dengan JOGMEC, sebuah perusahaan gabungan antara Mitsubishi Corporation dan Institut Teknologi Bandung (ITB).

JOGMEC bertugas untuk menangani produksi dari amonia biru dan memodifikasinya agar karbonnya dapat dikurangi dan dapat disimpan dalam wadah non-minyak dan gas. Amonia diyakini menjadi cangkang yang baik untuk hidrogen yang bisa digunakan sebagai bahan bakar alternatif yang lebih bersih untuk sektor transportasi. Secara keseluruhan, ESSA menargetkan untuk menyelesaikan modifikasi pada 2024.

“Selain itu, bahan bakar amonia biru juga diklaim memiliki zero emission saat digunakan pada kendaraan, dan juga dapat dipakai sebagai bahan bakar tambahan dalam pembangkit listrik tenaga uap/batu bara. Amonia juga lebih mudah dalam penyimpanan,” kata Ignatius.

Terbaru, Jepang menyatakan komitmennya untuk menggunakan 2 juta ton amonia dan diproyeksikan terus meningkat hingga 5 juta ton pada 2030. Hal itu sejalan dengan niatan Jepang untuk menjadi negara bebas karbon pada 2050. Selain itu, Organisasi Maritim Internasional dan IMF juga telah menyatakan minat mereka untuk mengurangi emisi gas dan karbon.

Wakil Presiden Direktur Utama ESSA Kanishk Laroya mengungkapkan, pihaknya bakal mengkonversi fasilitas yang ada saat ini dari produksi amonia menjadi blue amonia. "Kalau untuk amonia biru, estimasi di akhir 2024, kami berharap sudah bisa beroperasi sebagai pabrik blue amonia," ungkap Kanishk.

Dia melanjutkan, sejumlah persiapan kini masih dilakukan, termasuk untuk feasibility study atau studi kelayakan proyek. Untuk saat ini, kebutuhan investasi diperkirakan mencapai US$ 100-200 juta.

Dengan konversi produk ini, ESSA akan beralih dari menghasilkan produk kimia menjadi produk energi. Selain itu, dari diskusi awal yang dilakukan manajemen dengan sejumlah pihak terkait, komoditas blue amonia dinilai memiliki harga yang lebih tinggi dibanding amonia yang diproduksi saat ini. Selisihnya mencapai US$ 100-120 per ton.

Editor : Jauhari Mahardhika (jauhari@investor.co.id)

Sumber : Investor Daily