Anak Usaha MNC Energy Investment (IATA) Memulai Produksi Batubara

6 Juli 2022 | Sumber: kontan

Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Anak perusahaan PT MNC Energy Investments Tbk (IATA), yakni PT Indonesia Batu Prima Energi (IBPE) memulai produksi di konsesi 15.000 Ha yang berlokasi di Babat Supat, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatra Selatan. Mulainya produksi ini ditandai dengan acara First Cut of Mining pada 2 Juli 2022.

Direktur IBPE Leader DS Daeli mengatakan, konsesi seluas 15.000 Ha ini merupakan salah satu konsesi terbesar IATA. Konsesi tersebut dibagi menjadi tiga blok penambangan dengan beberapa pit.

Menurut Leader, konsesi ini belum mencapai potensi penuh karena masih dalam proses eksplorasi di sebagian besar area pertambangan. "Saya yakin IBPE akan meningkatkan produksi IATA secara signifikan. IATA masih memiliki potensi berkembang dengan rencana output produksi yang lebih tinggi untuk tahun-tahun mendatang," kata Leader dalam keterangan tertulisnya, Rabu (6/7).

IATA melalui IBPE telah menandatangani kontrak lima tahun dengan kontraktor pada 9 Juni 2022. Target produksi untuk tahun pertama adalah sebesar 500 ribu MT yang dilakukan pada Juli-Desember 2022.

Sementara itu, untuk lima tahun ke depan, IATA menargetkan total output 7,5 juta-8 juta MT. Secara rinci, sebanyak 1,5 juta MT pada tahun kedua dan 2 juta MT setiap tahun untuk sisa kontrak (tahun ketiga sampai dengan tahun kelima) dari Pit Corundum, Beryl, dan Amethyst.

Pit Corundum dan Beryl adalah dua tambang yang akan ditambang dalam dua tahun pertama. Sementara itu, penambangan di Pit Amethyst akan dimulai pada tahun ketiga, bersamaan dengan pit-pit baru yang sedang dan akan disiapkan.

"Pasalnya, luas area penambangan 15.000 Ha belum sepenuhnya dieksplorasi dan masih banyaknya area yang masih memerlukan proses verifikasi Komite Cadangan Mineral Indonesia (KCMI)," ucap Leader.

Sebagai informasi, IBPE mengekspor sekitar 75% produksi batubaranya ke negara-negara seperti India, China, Vietnam, dan Thailand. Kemudian, sebesar 25% sisanya dijual di dalam negeri untuk memenuhi Domestic Market Obligation (DMO).

Saat ini, IBPE telah memiliki infrastruktur pertambangan yang dibangun dan disiapkan secara memadai. Mulai dari pit dan disposal area di tambang, hauling road yang membentang 2-5 km dari pit
ke port, jembatan timbang, dan kantor untuk kebutuhan administrasi.

Selain IBPE, dua tambang IATA lainnya dijalankan melalui PT Bhumi Sriwijaya Perdana Coal (BSPC) dan PT Putra Muba Coal (PMC). Dua tambang ini sudah dalam tahap produksi dengan output 2,5 juta MT pada tahun 2021.

Tak berhenti sampai di situ, PT Arthaco Prima Energy (APE) juga ditargetkan mulai berproduksi tahun ini. IATA sedang dalam tahap persiapan dengan pembangunan hauling road dan port untuk mendukung proses produksinya APE.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News