Beban Emiten Makanan Beku Berpotensi Mengembang

8 September 2022 | Sumber: kontan

Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dinilai turut memperbesar biaya atau beban emiten makanan olahan atau produsen makanan beku. Seperti diketahui, harga solar bersubsidi naik sebesar 32% menjadi Rp 6.800 per liter mulai 3 September 2022 lalu.

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis mengatakan kenaikan harga BBM berpotensi mengerek tarif jasa logistik rantai pendingin dan bisa meningkatkan beban penjualan emiten terkait.

Beberapa emiten yang berkecimpung sebagai produsen makan olahan dan makanan beku seperti PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA), PT Charoen Pokphand Indonesia (CPIN), PT Sekar Bumi Tbk (SKBM), PT Sreeya Sewu Indonesia Tbk (SIPD), dan PT Widodo Makmur Unggas Tbk (WMUU).

"Peningkatan tarif jasa logistik rantai pendingin dapat mengerek beban penjualan dan serta pemasaran dari emiten tersebut," ujarnya pada Kontan, Kamis (8/9).

Lebih lanjut, Azis menilai melemahnya daya beli juga berpotensi memberikan efek pada penurunan penjualan emiten tersebut. Sebab, dengan kenaikan beban dapat menaikkan harga jual dari produk olahan makanan, sehingga dapat dikhawatirkan adanya pelemahan permintaan.

Padahal, jika mengintip laporan keuangan emiten produsen makanan beku dan olahan terpantau tumbuh hingga paruh pertama tahun ini. Misalnya saja CPIN, per semester pertama 2022 CPIN mencatat penjualan dari ayam olahan berkontribusi senilai Rp 4,12 triliun dari total penjualan Rp 28,63 triliun. Penjualan dari segmen ayam olahan ini meningkat 22,22% secara tahunan.

Emiten SIPD juga berhasil meningkatkan penjualan dari segmen makanan siap saji pada semester pertama tahun ini. SIPD membukukan penjualan dari makanan siap saji senilai Rp 342,14 miliar pada semester 1-2022 atau tumbuh 24,08% secara tahunan.

Selanjutnya ada Sekar Bumi yang juga mencetak pertumbuhan pendapatan senilai Rp 2,06 triliun pada semester pertama tahun ini atau melesat 16,44% dari periode yang sama tahun lalu.

Dalam catatan Kontan, Presiden Direktur Sekar Bumi Harry Lukmito mengatakan, sejauh ini SKBM masih sulit menentukan target pendapatan yang dibidik oleh perseroan. Sebab, masih ada ketidakpastian yang terjadi di pasar global seperti masih tingginya tarif pelayanan kontainer (freight rate).

Sementara jika berbicara prospek perusahaan, manajemen Sekar Bumi masih optimis lantaran bergerak di bidang makanan. Sebagai strategi, SKBM juga melakukan penghematan pada kemasan yang diperkecil namun tetap memperhatikan kualitasnya dan mencari bahan baku (tepung terigu) agar bisa menjadi substitusi yang lebih murah.

Azis memandang prospek emiten makanan olahan dan makanan beku masih harus menghadapi sejumlah tantangan pada tahun ini. Selain penurunan daya beli, beban penjualan dan pemasaran akibat kenaikan tarif juga menjadi tantangan.

"Untuk mengantisipasinya, emiten ini bisa dengan menaikkan harga penjualan produknya untuk mengimbangi tekanan biaya yang besar," tambah Azis.

Saat ini, Azis melihat saham JPFA dan CPIN masih menarik dicermati dan pelaku pasar dapat melakukan trading buy untuk jangka menengah dengan target harga CPIN di Rp 6.125 per saham-Rp 6.525 per saham, dan target harga JPFA di Rp 1.590 per saham-Rp 1.635 per saham.