Begitu Listing, Harita Nickel Langsung Lampaui Antam dan Vale

16 Maret 2023 | Sumber: investor.id

JAKARTA, Investor.id – PT Trimegah Bangun Persada Tbk (TBP/NCKL) atau Harita Nickel akan melepas 12 miliar saham atau 18% melalui penawaran umum perdana (initial public offering/IPO). Perseroan menawarkan harga IPO Rp 1.220-1.250 per saham, sehingga total dana yang diraih maksimal Rp 15,1 triliun, terbesar sepanjang tahun ini.

Dengan harga penawaran sebesar itu, market cap TBP berkisar Rp 81,9-83,9 triliun, melampaui PT Vale Indonesia Tbk (INCO) Rp 61 triliun, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) Rp 44,5 triliun, namun di bawah PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) Rp 96 triliun, berdasarkan harga penutupan kemarin. Total saham TBP bakal mencapai 67 miliar saat tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Dengan harga penawaran saham perdana Rp 1.220, PER NCKL mencapai 17,3 kali, dengan PBV 2,83 kali. Valuasi ini lebih murah dibandingkan PER INCO sebesar 19,3 kali, namun lebih mahal dari ANTM 12,45 kali. Adapun PER saham MDKA, berdasarkan data RTI, mencapai 68 kali.

Berdasarkan IPO Summary TBP dari Phintraco Sekuritas, Rabu (15/3/2023), sekitar 5,46% dana hasil IPO akan digunakan oleh perseroan untuk pembayaran seluruh utang kepada PT Harita Jayaraya, 6,05% untuk pembayaran seluruh utang kepada PT Dwimuria Investama Andalan, 15,13% akan digunakan oleh Perseroan untuk pembayaran seluruh utang kepada Oversea-Chinese Banking Corporation Limited (OCBC) dan PT Bank OCBC NISP Tbk. (NISP), 0,89% untuk pembayaran seluruh utang outstanding fasilitas term loan 1 dan fasilitas term loan 3 kepada NISP.

Kemudian, sekitar 2,12% akan digunakan oleh perseroan untuk belanja modal, 32,27% untuk keperluan entitas anak dan entitas asosiasi yang akan disalurkan melalui setoran modal dan pinjaman, dan 38,08% untuk modal kerja.

Tanggal efektif IPO TBP diperkirakan 3 April, penawaran umum 5-10 April, tanggal penjatahan 10 April, dan pencatatan saham (listing) di BEI 12 April 2023. Bertindak sebagai penjamin emisi IPO Harita Nickel adalah BNP Paribas, Citigroup, Credit Suisse, Mandiri Sekuritas, DBS Vickers, OCBC Sekuritas, dan UOB Kay Hian Sekuritas.

Presiden Direktur TBP Roy A. Arfandy menuturkan, tujuan IPO adalah untuk mendukung pendanaan ekspansi kapasitas pabrik feronikel (feni) dan mixed hyrdroxide precipitate (MHP). Ekspansi ini untuk mendukung upaya pemerintah dalam mempercepat hilirisasi industro nikel dan terciptanya ekosistem bahan baku baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di Indonesia.

TBP, kata dia, berharap bisa mencapai target pendanaan yang dibutuhkan, karena nikel sedang menjadi komoditas yang dibutuhkan, didorong pesatnya pertumbuhan industri EV dunia, yang membutuhkan baterai. Selain itu, TBP sudah cukup maju dalam mata rantai industri pembuatan bahan baku baterai EV.

“TBP telah berhasil memproduksi MHP dan segera memproduksi produk turunan lebih lanjut berupa nikel sulfat dan kobalt sulfat,” kata dia kepada Investor Daily, Rabu (15/3/2023).

Perusahaan Nikel Terbesar

Phintraco mencatat, TBP adalah perusahaan nikel murni dengan kemampuan hulu dan hilir dengan pengalaman operasional lebih dari 10 tahun di Pulau Obi, Maluku Utara. Menurut AME Mineral Economics Pty Ltd (AME), berdasarkan produksi nikel tahun 2022, TBP diharapkan menjadi emiten produsen nikel murni terbesar di Indonesia dibandingkan perusahaan tambang nikel tercatat lainnya.

Berdasarkan laman resmi TBP, perseroan memiliki tambang nikel seluas 5.523 hektare (ha) di Pulau Obi. Selanjutnya, TBP melalui PT Megah Surya Pertiwi, mengoperasikan empat lini produksi feni berkapasitas 240 ribu ton per tahun, berteknologi rotary kiln electric furnace (RKEF), dengan kandungan nikel 10-12%. Feni buatan TBP menggunakan bahan baku nikel saprolit.

TBP melalui Halmahera Jaya Feronikel memiliki delapan lini produksi feni berkapasitas total 780 ribu ton setahun dengan kandungan nikel 10,5%. Bahan bakunya masih nikel saprolit.

TBP merangsek lebih dalam lagi ke bisnis nikel kelas satu untuk bahan baku baterai EV atau battery grade (BG). Perseoran memegang 45% saham Halmahera Persada Lygend, yang memproduksi MHP.

Per November 2022, pendapatan TBP mencapai Rp 9 triliun, naik dari periode sama tahun sebelumnya Rp 7,7 triliun. Laba bersih naik menjadi Rp 4,3 triliun dari Rp 4,3 triliun.  “Perseroan telah membagikan dividen sejak tahun 2012 dan direncanakan akan melakukan pembagian dividen menggunakan tahun buku 2022 dan akan dibagikan pada 2023,” tulis Phintraco Sekuritas. (ac)

Editor : Harso Kurniawan (harso@investor.co.id)