Buana Lintas Lautan (BULL) mengerek utilisasi kapal

21 November 2019 | Sumber: kontan

Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Buana Lintas Lautan Tbk (BULL) terus menambah unit kapal baru. Nah saatnya emiten pelayaran dan perkapalan ini melanjutkan ikhtiar untuk meningkatkan utilisasi. Target BULL, pada 2020 tingkat utilisasi kapal bisa di atas 90%.

“Tahun depan masih fokus pada utilisasi semua kapal yang ada dan meningkatkan struktur permodalan perusahaan agar semakin baik dan berimbang,” kata Investor Relations BULL Krisnanto Tedjaprawira, Kamis (21/11).

Sejalan dengan itu, BULL juga akan mempertimbangkan untuk membeli kapal tambahan jika ada peluang dan kondisi pasar yang positif. Krisnanto mengatakan salah satu strategi perusahaan untuk menggenjot kinerja dengan mengutilisasikan kapal-kapal dalam kontrak sewa jangka menengah dan jangka panjang. Selanjutnya, BULL juga menempatkan beberapa kapal dalam sistem commercial pool management untuk memanfaatkan tarif tambang yang lebih tinggi di perairan internasional.

Seiring bertambahnya jumlah armada, sambungnya, BULL akan konsentrasi untuk meningkatkan efisiensi biaya dengan mengadakan kontrak pengadaan barang dan jasa perbaikan kapal, sehingga biaya-biaya operasional akan lebih terkendali.

Kemudian peluang bisnis tahun depan datang dari kebutuhan distribusi bahan bakar dalam negeri terus meningkat. Sehingga Pertamina juga akan meningkatkan jumlah kapal yang akan disewa. Terutama untuk kapal jenis medium range (MR) dengan bobot mati sekitar 30.000 DWT hingga 35.000 DWT dan Aframax dengan bobot mati 100.000 DWT– 120.000 DWT.

Di samping itu, momentum peningkatan tarif tambang di pasar luar negeri juga merupakan peluang besar bagi BULL. Dengan pembelian kapal tanker yang telah dan akan dilaksanakan, BULL berharap ini menjadi peluang dan perusahaan bisa menikmati peluang ini pada tahun depan.

Sementara untuk tantangannya sendiri, Krisnanto menuturkan, berlakunya regulasi di industri perkapalan mengenai implementasi penggunaan bahan bakar kapal bersulfur rendah atawa low sulphur fuel oil (LSFO) menjadi salah satu tantangan. “Untuk sebagian kecil kapal-kapal kami yang beroperasi secara spot akan mengalami peningkatan biaya bahan bakar,” tambah Krisnanto.