Dua Mesin Uang Astra Gelontorkan Capex Gede, Rp 19,7 Triliun

19 Februari 2023 | Sumber: investor.id

SEMARANG, Investor.id – Sebanyak dua anak usaha PT Astra International Tbk (ASII), yakni PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) dan PT United Tractors Tbk (UT/UNTR), menggelontorkan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp 19,7 triliun tahun ini. Perinciannya, capex Astra Agro berkisar Rp 1,5-1,7 triliun, sedangkan UT berkisar US$ 1-1,2 miliar atau Rp 15-18 triliun.

Presiden Direktur Astra Agro Santosa menjelaskan, sebagian besar capex 2023 akan dimanfaatkan perseroan untuk mendanai penanaman kembali tanaman sawit (replanting) dan perawatan tanaman belum menghasilkan (TBM). Adapun sisanya digunakan untuk memperbaiki infrastruktur dan perawatan pabrik, seperti pergantian dan peremajaan alat.

“Jadi, range capex 2023 kami berkisar Rp 1,5-1,7 triliun, tidak terlalu besar. Dari situ, mungkin separuhnya untuk TBM, karena kenaikan harga pupuk tahun lalu luar biasa tinggi, sekitar 92%. Jadi, belum final, sedang saya evaluasi, karena perubahan harga pupuk tersebut,” ungkap Santosa dalam acara Talk to The CEO di Semarang, Jawa Tengah, akhir pekan lalu.

Sejalan dengan itu, dia berharap, tahun ini pemerintah tidak lagi menerbitkan kebijakan esktrem untuk mengendalikan harga crude palm oil (CPO), sebagaimana yang diberlakukan tahun lalu. Tujuannya agar tidak terjadi gejolak di industri sawit.  

“Intinya, pemerintah jangan main larang, jangan beri kejut-kejutan. Kalau masalah Minyakita, misalnya, mau dibereskan, harus dilihat akar masalahnya, yakni distribusi. Jangan sampai juga Minyakita disamakan dengan semua merek,” tambah dia.

Menurut dia, 2022 adalah tahun penuh tantangan bagi industri sawit. Perseroan pun mengambil dua kebijakan besar pada saat itu. Pertama, memperpanjang rotasi panen untuk menekan produksi inti. Kedua, mengakselerasi jumlah ekspor ke pasar India, seiring tingginya permintaan minyak di negara itu. Ditambah lagi, saat itu, terdapat kebijakan penurunan pungutan ekspor, sehingga hal ini sangat membantu.

Alhasil, dia menegaskan, sampai akhir 2022, perseroan mampu mengembalikan ketersediaan pasokan minyak untuk pasar nasional berkisar 3,8-4 juta ton. Walaupun saat memasuki kuartal I-2023, perseroan cemas, terkait beredarnya kabar penimbunan minyak sekitar 500-700 ton.

Tahun 2023, dia menegaskan, Astra Agro mengestimasikan kinerja tumbuh berkisar 5-10%. Prinsipnya, pertumbuhan kinerja sangat bergantung beberapa faktor, yang salah satunya cuaca.

Apalagi, Santosa menerangkan, tanaman sawit milik perseroan sudah matang dan bukan lagi tanaman baru seperti 10 tahun yang lalu. Saat ini, perseroan juga fokus melakukan stabilisasi peremajaan sekitar 5 ribu tanaman.

Ke depan, Santosa menyatakan, perseroan akan terus mencermati untuk mengakuisisi kebun. Syaratnya, kebun target akuisisi sudah bersertifikat Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO), karena perseroan sudah berkomitmen terhadap isu keberlanjutan.

Di sisi lain, perseroan juga berpotensin perseroan membagikan dividen pada tahun ini. Salah satu pemicunya didorong oleh harga komoditas yang relatif stabil. 

Santosa menyatakan, Astra Agro dikenal sebagai perusahaan yang tidak pernah absen membagikan dividen. Apalagi, perseroan melihat tidak ada hal drastis yang mengganggu kinerja perseroan sepanjang tahun 2022.

Di sisi lain, Sekretaris Perusahaan UT Sara K. Loebis menyatakan, perseroan menetapkan capex tahun ini berkisar US$ 1-1,2 miliar. Jumlah tersebut masih sesuai range proyeksi perseroan pada saat awal penentuan capex. Demikian pula  dengan rencana penggunaannya.

"Sebesar US$ 800–900 juta capex dialokasikan untuk segmen kontraktor penambangan batu bara guna mengganti alat berat yang usang dan rekondisi alat berat. Sisanya dipakai untuk keperluan infrastruktur di tambang emas dan tambang batu bara perseroan," jelas Sara kepada Investor Daily, belum lama ini.

Lebih jauh Sara menegaskan, kisaran capex tersebut juga menyesuaikan rencana produksi dan kebutuhan investasi perseroan untuk membangun atau memperbaiki fasilitas. "Target produksi so far masih sama," imbuh dia.

Sara menegaskan, kebutuhan dana ekspansi anak usaha ke jalan tol belum dimasukkan ke capex. Sebab, tender proyek jalan bebas hambatan itu belum final. Sebelumnya, PT Pama Persada Nusantara lewat anak usahanya PT Persada Utama Infra mengincar proyek Jalan Tol Sentul Selatan-Karawang senilai Rp 15,4 triliun tahun ini.

Pama adalah anak usaha UT yang bergerak di bidang kontraktor pertambangan batu bara. Selain kontraktor batu bara, UT menggarap bisnis pertambangan batu bara, emas, hingga yang terbaru nikel.

Editor : Harso Kurniawan (harso@investor.co.id)

Sumber : Investor Daily