Ekspor Batu Bara Tertahan, Pendapatan Indika Energy (INDY) Tetap Naik
JAKARTA, investor.id – PT Indika Energy Tbk (INDY) mengantongi pendapatan US$ 830 juta pada kuartal I-2022. Angka itu naik 58% dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar US$ 525 juta. Peningkatan ini terutama didorong peningkatan signifikan pendapatan dua anak perusahaan yakni Kideco dan Indika Resources yang menyumbang sekitar 88% total pendapatan INDY.
Padahal, volume penjualan batu bara Kideco pada awal tahun ini menurun, dari 9,2 juta ton pada kuartal I-2021 menjadi 8 juta ton pada periode sama tahun ini. Penjualan Kideco menurun akibat larangan ekspor batu bara pada Januari 2022, yang menahan pengiriman produk Kideco ke luar negeri hingga 22 hari.
“Ini jadi salah satu the main reason actually, menurunnya penjualan Kideco. Tetapi karena harga rata-rata cukup tinggi sehingga total revenue Kideco masih mengalami peningkatan sekitar 36%,” jelas Direktur PT Indika Energy Tbk Retina Rosabai dalam paparan publik, Jumat (20/5/2022).
Pendapatan Kideco tercatat naik 36% menjadi US$ 564 juta, sedangkan pendapatan Indika Resources naik sangat tajam dari US$ 57 juta menjadi US$ 172 juta untuk kuartal I-2022. Kenaikan ini terutama didorong kenaikan harga jual rata-rata batu bara Kideco dari US$ 45 per ton menjadi US$ 70,8 per ton. Bahkan untuk batu bara mutu, kenaikan harga jual mencapai dua kali lipat lebih, dari US$ 77 jadi US$ 183 per ton.
Sebanyak 88% pendapatan INDY berasal dari kontribusi batu bara, Kideco sendiri kontribusinya 68%, sementara dari non-batu bara saat ini adalah 11,4%. Dari komposisi penjualan Kideco, ekspor terbesar adalah ke Tiongkok sekitar 37%, Asean 15%, India 7%, Korea 3%, Jepang 2%, dan Taiwan 4%.
“Untuk domestik 32%. Ini actually perform much better dari DMO yang disyaratkan pemerintah,” tandas Retina.
Akibat pelarangan ekspor batu bara yang dikeluarkan pemerintah pada awal tahun, volume ekspor Kideco kuartal I-2022 juga mengalami penurunan dari 6,1 juta ton menjadi 5,4 juta.
Seiring membaiknya harga batu bara, laba kotor INDY sepanjang kuartal I-2022 juga mengalami pertumbuhan signifikan, menjadi US$ 260 juta dari US$ 1,5 juta pada periode sama tahun sebelumnya. Sedangkan, beban penjualan umum dan administrasi perseroan naik 48% sehingga INDY mencapai laba usaha tiga bulan pertama 2022 sebesar US$ 220,7 juta dibandingkan periode sama tahun lalu yang senilai US$ 79 juta.
“Adjusted EBITDA juga mengalami kenaikan sama, dari US$ 141,9 juta menjadi US$ 233 juta pada kuartal I-2022,” imbuh Retina.
Patut diperhatikan, membaiknya harga batu bara yang cukup signifikan membuat laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas grup mencapai US$ 75 juta pada kuartal I-2022, dibandingkan kerugian yang INDY catat sebesar US$ 9,4 juta di kuartal I-2021.
Laba kuartal I-2022 bahkan terhitung melampaui laba satu tahun pada 2021 yang senilai US$ 57 juta. “Jadi performance kuartal satu saja sudah melampaui keberhasilan satu tahun, tahun lalu. Laba inti perusahaan (kuartal I-2022) juga mengalami peningkatan sangat tinggi menjadi US$ 95 juta dibandingkan US$ 12,6 juta tahun lalu,” tambah Retina.
Untuk balance sheet total aset perusahaan energi terintegrasi ini meningkat 8,3% pada kuartal I-2022 menjadi US$ 4 miliar dari US$ 3,7 miliar pada kuartal I-2021. Sementara itu, total reliabilitas mengalami peningkatan sedikit 6,7% dari US$ 2,8 miliar menjadi US$ 3 miliar pada kuartal I-2022. Seiring dengan itu, total ekuitas INDY meningkat 13,4% dari US$ 883 juta, menjadi US$ 1 juta pada kuartal I-2022.
“Posisi kas dan utang pada akhir Maret 2022, saldo kas sebesar US$ 1,1 miliar dan utang US$ 1,4 miliar,” jelas Retina.
Sebagai panduan asumsi operasional, INDY menargetkan produksi batu bara sebanyak 34 juta ton sampai akhir 2022 dengan realisasi sebesar 7,7 juta ton pada kuartal I-2022. Volume produksi ini terhitung turun dibandingkan kuartal I-2021 yang mencapai 9,1 juta ton.
“Mengalami penurunan seperti yang disampaikan penurunan ini terutama disebabkan cuaca yang tidak mendukung,” pungkasnya. (c02)
Editor : Indah Handayani (indah.handayani26@gmail.com)
Sumber : Investor Daily