Harga Saham Turun Dalam, Analis Sebut Terlalu Besar bagi GOTO untuk Gagal
JAKARTA, Investor.id - Saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) mencatatkan penurunan hingga kembali berada di bawah level Rp 300, tepatnya ditutup pada level Rp 298. Level tersebut terjadi setelah saham GOTO melemah hingga auto reject bawah (ARB) Rp 22 (6,88%) menjadi Rp 298.
Harga saham GOTO tersebut menjadi yang terendah terhitung sejak 24 Mei 2024. Sedangkan harga terendah saham GOTO di level Rp 296 pada 23 Mei 2022. Dengan penutupan tersebut, maka harga saham GOTO hari ini sudah berada di bawah harga penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) sebesar Rp 338 per saham.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), penurunan saham GOTO menjadi penekan utama pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG). Saham GOTO berkontribusi sebanyak 36,4 poin atau menekan 36,4% terhadap IHSG. Sedangkan penopang utama penguatan indeks berasal dari saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan kontribusi mencapai 12,6 poin (12,6%).
Lalu, bagaimanakah sebenarnya prospek saham GOTO? Analis BRI Danareksa Sekuritas Niko Margaronis menyebutkan, terlalu besar bagi GOTO untuk gagal. Apalagi setelah perseroan memiliki 65 juta pengguna yang unik. Perseroan juga didukung mitra pengemudi yang banyak yang memiliki pengaruh besar terhadap ekonomi Indonesia.
“Hal tersebut membuat investor memberikan valuasi saham GOTO lebih premium dibandingkan e-commerce maupun ride hailing lain di Indonesia,” tulisnya dalam riset.
Perseroan juga didukung upaya gencar menerapkan hiperlokal, termasuk integrasi platform dalam ekosistemnya. GOTO juga berupaya merangsek kota-kota tier kedua yang berpotensi mendongkrak GTV perseroan ke depan.
Dengan berbagai upaya yang sedang dilaksanakan perseroan, menurut dia, saham GOTO layak untuk direkomendasikan beli dengan target harga Rp 420 per saham.
BRI Danareksa Sekuritas memperkirakan lonjakan pendapatan GOTO menjadi Rp 7,04 triliun tahun ini dan diharapkan melesat menjadi Rp 11,26 triliun pada 2023, dibandingkan tahun lalu Rp 4,53 triliun. Sedangkan rugi bersih diperkriakan meningkat menjadi Rp 22,59 triliun tahun ini dan turun menjadi Rp 21,42 triliun pada 2023, dibandingkan rugi bersih tahun lalu Rp 21,22 triliun.
Editor : Parluhutan (parluhutan@investor.co.id)
Sumber : Investor Daily