Ini penyebab investor asing melepas kepemilikan di saham big caps perbankan

1 Maret 2020 | Sumber: kontan

Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi global yang tidak pasti membuat investor asing menarik dananya keluar dari pasar modal tanah air. Secara year-to-date, sebanyak Rp 4,72 triliun dana asing tercatat keluar dari bursa saham domestik.

Dalam sepekan saja, dana asing yang keluar dari bursa mencapai Rp 3,84 triliun di pasar regular dan total Rp 4,16 triliun di seluruh pasar. Pada perdagangan Jumat (28/2), asing mencatatkan net sell sebanyak Rp 105,45 miliar di pasar reguler dan Rp 17,17 miliar di seluruh pasar.

Sebanyak empat saham perbankan dengan kapitalisasi besar (big caps) memuncaki klasemen daftar saham yang paling banyak dibuang asing dalam sepekan ini. Keempat saham perbankan tersebut adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dan saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI).

Asing melepas kepemilikan di saham BBRI hingga mencatatkan net sell sebesar Rp 1,41 triliun sepekan ini. Disusul oleh BBCA dengan net sell Rp 909,3 miliar, BMRI dengan net sell Rp 824,1 miliar, dan BBNI dengan net sell sebesar Rp 477,9 miliar.

Lantas, apa yang menyebabkan investor asing melepas kepemilikannya di saham emiten perbankan dengan kapitalisasi pasar besar?

Analis Panin Sekuritas William Hartanto mengatakan, aksi jual bersih yang menimpa saham perbankan dalam sepekan salah satunya disebabkan oleh sentimen pemangkasan suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR) oleh beberapa emiten perbankan.

Kontan.co.id mencatat, beberapa bank umum kelompok usaha (BUKU) IV berencana untuk memangkas suku bunga KPR. Bank Mandiri misalnya, berencana memangkas suku bunga KPR sekitar 25 sampai 50 basis poin (bps) tahun ini sebagai langka penyesuaian terhadap penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI).

Bank BRI juga berniat melakukan hal yang sama. Emiten pelat merah ini berencana menurunkan suku bunga KPR setidaknya pada kuartal pertama 2020.

Namun, Presiden Direktur CSA Institute Aria Santoso menilai, aksi jual saham emiten perbankan oleh investor asing lebih disebabkan faktor portfolio balancing dan aksi ambil untung (profit taking). “Karena bobot saham emiten tersebut telah lebih dominan,” terang dia kepada Kontan.co.id, Jumat (28/2).

Aria menilai, kebijakan penurunan suku bunga KPR tidak akan terlalu mempengaruhi kinerja perbankan. Sebab, perbankan akan terlebih dahulu menyesuaikan cost of fund sehingga net interest margin (NIM) masih akan terjaga.

Bahkan, jika memang perbankan berniat menurunkan suku bunga KPR, hal ini akan membuka peluang bagi emiten perbankan tersebut untuk menggaet nasabah baru atau menarik minat nasabah lama untuk memanfaatkan fasilitas KPR.

Senada, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menilai diobralnya saham emiten perbankan disebabkan investor asing yang ingin merealisasikan keuntungan. Khusus untuk saham BBCA, Herditya melihat harga saham bank swasta nasional ini sudah naik cukup tinggi. “Maka lumrah jika para investor ingin merealisasikan keuntungannya,” terang Herditya.

Melansir RTI Business, berikut ini merupakan 10 saham yang paling banyak dijual asing dalam sepekan perdagangan
1. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), net sell Rp 1,41 triliun
2. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), net sell Rp 909,3 miliar
3. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), net sell Rp 824,1 miliar
4. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), net sell Rp 477,9 miliar
5. PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), net sell Rp 211,5 miliar
6. PT Gudang Garam Tbk (GGRM), net sell Rp 104,3 miliar
7. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), net sell Rp 103,9 miliar
8. PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN), net sell Rp 86 miliar
9. PT United Tractors Tbk (UNTR), net sell Rp 80,5 miliar
10. PT HM Sampoerna Tbk (HMSP), net sell Rp 54,8 miliar.