Kalbe Farma (KLBF) menargetkan distribusikan 10.000-50.000 vial Covifor

8 Oktober 2020 | Sumber: kontan

Reporter: Dityasa H. Forddanta | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) telah meneken kerjasama dengan PT Amarox Pharma Global, anak perusahaan dari Hetero India untuk memasarkan obat Covifor (Remdesivir) di Indonesia.

Vidjongtius, Direktur Utama KLBF memperkirakan, pihaknya bakal menjual sekitar 10.000-50.000 produk tersebut. "Ini merupakan tahap awal sampai akhir 2020," kata dia kepada Kontan.co.id, Kamis (8/10).

Asal tahu saja, Covifor merupakan obat untuk pasien Covid-19. Keduanya sepakat melaksanakan perjanjian kerjasama pemasaran dan distribusi obat ini pada 28 September kemarin.

Vidjongtius menambahkan, pihaknya belum memiliki angka pasti target penjualan Covifor. "Pasalnya, kebutuhan produk tersebut masih bergerak tergantung permintaan rumah sakit," imbuh dia. 

Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Mimi Halimin memperkirakan, penjualan Covifor tidak signifikan menambah pemasukan KLBF. "Mengingat 2020 tinggal menyisakan beberapa bulan lagi," ujar Mimi.

Berdasarkan perhitungannya, KLBF hanya mampu menjual Covifor senilai Rp 150 miliar di sisa akhir tahun ini. Nilainya bisa bertambah menjadi Rp 300 miliar pada 2021.

Nilai tersebut hanya sekitar 0,6% dari perkiraan pendapatan konsolidasi KLBF menurut Mimi hingga akhir tahun ini, Rp 24 triliun. Nilai penjualan tersebut juga hanya setara sekitar 1,2% dibanding realisasi penjualan konsolidasi semester pertama kemarin, Rp 11,6 triliun.

Meski begitu, menurut Mimi, perkiraan tersebut bisa saja berubah. Bisa jadi penjualannya lebih tinggi mengingat angka kasus positif di Indonesia masih dalam tren meningkat. "Kondisi tersebut berpotensi meningkatkan volume permintaan Covifor," kata Mimi.

Dia menambahkan, isu KLBF saat ini adalah lemahnya segmen farmasi yang pada semester pertama kemarin mengalami penurunan penjualan 4,2% secara tahunan. Penyebabnya, masyarakat banyak menghindari berobat ke rumah sakit.

Segmen bisnis nutrisi juga mengalami tren serupa. Namun, penyebabnya lebih karena melemahnya daya beli masyarakat. Kondisi tersebut yang membuat Mimi merevisi perkiraan pendapatan KLBF tahun ini menjadi Rp 24,09 triliun dari sebelumnya Rp 24,21 triliun.

Meski begitu, meningkatnya performa segmen consumer health seiring dengan naiknya kesadaran masyarakat akan produk kesehatan dinilai mampu mengompensasi penurunan di segmen yang lain.

Itu menjadi alasan Mimi masih mempertahankan rekomendasi trading buy saham KLBF dengan target harga Rp 1.760 per saham. Harga saham KLBF naik ke level Rp 1.600 per saham pada hari ini.