Kenaikan Harga Batubara Memoles Kinerja Delta Dunia Makmur (DOID)

15 September 2022 | Sumber: kontan

Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren kenaikan harga batubara membawa berkah bagi emiten jasa kontraktor penambangan, salah satunya PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID).

Di tengah kenaikan harga batubara, Delta Dunia Makmur berhasil mencatatkan tren pertumbuhan volume pengupasan lapisan atau Overburden Removal (OB) dan juga produksi batubara sejak januari 2021.

Analis Reliance Sekuritas Lukman Hakim mengungkapkan, sentimen terkait harga batubara yang masih di atas angin masih akan mendorong kinerja DOID ke depannya. Dengan harga batubara yang masih tinggi, membuat DOID mengempit kontrak-kontrak baru, tak terkecuali melalui PT Bukit Makmur Mandiri Utama (BUMA) Australia.

Misalnya saja pada Mei 2022 silam, BUMA mengumumkan perolehan kontrak Bowen Coking Coal senilai A$ 320 juta untuk jangka waktu tiga tahun. Sebelumnya, BUMA juga telah memperpanjang kontrak dengan BHP Billiton dan Mitsubishi Alliance (BMA) senilai A$ 550 juta pada Februari 2022.

"Menjelang musim dingin, tidak menuntup kemungkinan DOID dapat menambah kontrak baru," kata Lukman kepada Kontan.co.id, Kamis (15/9).

Pada semester pertama tahun ini, DOID mencetak pendapatan senilai US$ 722,87 juta atau melejit 107,16% dari pendapatan di semester pertama 2021 yang hanya US$ 348,93 juta. Dengan demikian, Delta Dunia Makmur berhasil membalik keadaan dan membukukan laba bersih senilai US$ 5,65 juta pada semester 1-2022. Pada periode yang sama tahun lalu, DOID mengalami kerugian bersih senilai US$ 32,70 juta.

Lukman menjelaskan, pendorong kenaikan laba ini tak lepas dari menggeliatnya industri batubara. Dengan raihan kontrak yang tumbuh signifikan, Manajemen DOID menargetkan mampu memproduksi batubara sebesar 74-86 juta ton untuk 2022. Per Juli 2022, DOID telah memproduksi 48 juta ton batubara.

 

Dalam risetnya, Gema Goeyardi Chief Investment Strategist Astronacci International menuliskan, hingga Juli 2022 total volume produksi batubara DOID sudah mencapai 56,39% dari target untuk tahun ini. Sementara volume OB berada di 309,2 juta bcm hingga Juni 2022.

Lukman menambahkan, rencana perusahaan untuk melakuakan diversifikasi di luar batu bara dapat menjadi katalis positif untuk ke depannya.

"Sentimen untuk DOID, khususnya yang berada di Indonesia yaitu tantangan musim hujan yang kurang mendukung dapat menganggu aktivitas produksi," tambah Lukman.

Jika melihat data RTI, DOID diperdagangkan dengan PBV 1.05 kali, Lukman menilai valuasi saham ini masih dapat dikatakan reltif murah. Adapun Gema memberikan rekomendasi beli untuk DOID dengan target harga di Rp 560 per saham.