Kiat Investasi ala Wijaya Dahlan, Direktur Dafam Property Indonesia

18 Juni 2022 | Sumber: kontan

Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berkecimpung dalam dunia bisnis tidak serta merta membuat Wijaya Dahlan langsung berhasil dalam berinvestasi di pasar modal. Pria yang saat ini menjabat sebagai Direktur PT Dafam Property Indonesia Tbk (DFAM) ini justru lebih sering mengalami kerugian.

"Bahkan sampai sekarang kalau dilihat secara perhitungan masih merugi," akunya kala ditemui Kontan.co.id, Rabu (15/6).

Maklum, Wijaya baru mulai menjelajahi dunia investasi 5 tahun terakhir dikenalkan dari teman-temannya. Tak tanggung-tanggung, pertama kali masuk ke dunia saham pria asli Pekalongan ini langsung masuk ke Indeks Hang Seng di Bursa Hongkong menggunakan uang tabungannya.

Dia mengenang, beberapa minggu kesibukannya hanya memantau pergerakan sahamnya di sana. "Kan fluktuatifnya cukup bikin tidak bisa tidur, jadi beberapa minggu hanya mantau terus akhirnya jantung tidak kuat juga," kelakarnya.

Walau merugi, Wijaya tetap ingin terus melanjutkan investasinya di saham. Bahkan, dia mengaku pernah sampai kehabisan tabungan akibat merugi di saham. Namun, dia tidak menyesal lantaran menurutnya proses belajarnya melalui pengalaman.

Maklum, Wijaya tidak memiliki background ekonomi. Bahkan, dia mengaku tidak berkuliah dan hanya menyelesaikan pendidikan diploma jurusan sastra di Jinan University, Guangzhou.

Belajar dari pengalamannya itu, Wijaya mencoba mendalami berbagai hal terkait investasi saham. Dari sana, dia terinspirasi Lo Kheng Hong sehingga membuatnya tidak lagi melakukan trading harian. Wijaya memutuskan untuk menjadikan investasi saham sebagai tabungan jangka panjang.

"Jadi prinsip saya, investasi saham itu harus memilih perusahaan yang tepat. Jangan hanya mengikuti melihat dari buku yang dilaporkan di website perusahaan karena banyak juga yang tidak sesuai dengan di lapangan," tegas dia.

Dari sana, dia menilai dirinya merupakan investor tipe konservatif lantaran fokusnya untuk jangka panjang. "Karena penting memikirkan ke depan, untuk anak dan cucu sehingga safety net sangat penting," katanya.

Selain di saham, pria kelahiran 1986 ini juga memulai investasinya dengan melakukan bisnis. Wijaya bercerita, sepulang dari China dia mencoba peruntungannya dengan menjalankan usahanya sendiri. Hal itu juga sudah menjadi dorongannya karena dididik menjadi seorang enterpreneur oleh orang tuanya.

Pada 2006 setelah kepulangannya ke Indonesia, dia mulai mencoba berbagai macam usaha. "Saya pernah mencoba di industri otomotif, pernah ke industri jamu dan bikin pabrik, lalu juga usaha pengadaan barang dan hasilnya tidak ada yang sukses. Namun, itu proses belajar saya," ujar dia.

Barulah kemudian di tahun 2009 bertemu partner yang tepat dan mulai masuk industri ke perhotelan serta properti. Setelah itu, dia bergabung dengan kedua saudaranya dan memulai bisnis properti sampai sekarang. Dengan demikian, Wijaya saat ini memfokuskan portofolio investasinya 80% di properti dan 20% di saham.

Belajar dari berbagai pengalamannya saat berinvestasi, Wijaya menyarankan untuk memulai investasi jangka panjang. Caranya, dengan memilih perusahaan-perusahaan yang sustainable dan memiliki prospek yang baik.

Hal itu juga belajar dari tokoh inspirasinya. "Kalau kita lihat itu konglomerat-konglomerat besar seperti Lo Kheng Hong yang sudah menaruh investasi sejak 80-an dan sekarang sudah berkali lipat. Saya belajar dari beliau bahwa bermain saham seperti itu, sebab jika trading harian itu juga pasti ujungnya untung-untungan," kata dia.

Selain itu pentingnya mengelola emosi, khususnya untuk investor pemula. Sebab, investor pemula kerap tidak sabar dan ingin mendapatkan lebih. "Kan umumnya saat sekali untung, pasti setelahnya main dengan meningkatkan nominalnya dan saat rugi otomatis kerugiannya akan lebih besar," tutur dia.

Lalu, Wijaya juga menyarankan sebaiknya untuk mengenal perusahaan yang akan dimasuki. Contohnya dari program-program keberlanjutannya seperti apa yang akan dilakukan. Menurutnya, hal tersebut penting untuk investasi jangka panjang.

"Kalau saya pribadi, saya menaruh lima perusahaan dari bidang yang berbeda-beda dan endapkan saja untuk jangka panjang," pungkas Wijaya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News