Kinerja BTPN Syariah (BTPS) tertekan di semester I, ini prospeknya hingga akhir 2020

10 Agustus 2020 | Sumber: kontan

Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi virus corona terus menjadi momok bagi para emiten sepanjang semester I-2020. Kali ini giliran kinerja PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS) yang terkena dampaknya. 

Seperti diketahui, pandemi telah membuat penyaluran kredit terganggu, terlebih BTPS merupakan perbankan yang berfokus pada pembiayaan segmen ultra mikro yang paling parah terkena imbas dari pandemi virus corona. 

Alhasil, laba bersih BTPS turun tajam pada semester I -2020. Tercatat, laba bersih BTPS sebesar Rp 407 miliar atau turun 33,16% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Ardiastama mengatakan penurunan pendapatan BTPS juga diakibatkan oleh penyaluran dana murabahah yang juga turun 7%. Okie menyebut hal ini cukup wajar mengingat melambatnya kredit juga dialami perusahaan jasa keuangan lainnya.  

“BTPS juga tercatat mengalami kenaikan beban operasional sebesar 14% pada semester I-2020. Pada akhirnya hal ini juga ikut memberikan tekanan pada Net Interest Margin (NIM) BTPS dalam enam bulan terakhir,” kata Okie kepada Kontan.co.id, Senin (10/8).

Sementara analis CSA Research Institute Reza Priyambada menilai penurunan kinerja BTPS juga tak terlepas dari adanya peningkatan beban operasional yang di BTPS. Di sisi lain, terhadap juga penurunan pendapatan bagi hasil.

“Adanya kenaikan beban operasional lebih dikarenakan kenaikan cukup tinggi beban biaya pencadangan. Ini kemungkinan karena penerapan aturan PSAK 72 terkait dengan pencadangan kerugian terkait kredit,” jelas Reza.

Namun, di tengah tekanan dari pandemi, BTPS sejauh ini mempu melakukan mitigasi risiko yang terbaik. Hal ini tercermin dari penyaluran pembiayaan yang masih tumbuh 2,34% (yoy) menjadi Rp 8,74 triliun pada semester I-2020. Sementara rasio pembiayaan bermasalah alias non performing loan (NPL) juga tetap terjaga di level 1,8%.

Ke depan Okie melihat prospek dari industri jasa keuangan pada paruh kedua tahun ini dapat lebih baik dibandingkan semester I-2020. Namun jika mengacu pada periode yang sama tentu masih agak berat di tahun ini. 

“Kami memproyeksikan perbaikan dari kualitas kredit dan kinerja paling cepat itu kuartal IV-2020, seiring dengan stimulus dari pemerintah yang diharapkan dapat sesuai sasaran. Selain itu meningkatnya produktivitas dan aktivitas dalam industri riil dan sektor juga diharapkan dapat menurunkan NPL pada semester II ini,” tambah Okie.