Konglomerat Hermanto Tanoko Bahas di Podcast: Pemilik BCA (BBCA) dan Bayan (BYAN) Kaya Mana?
JAKARTA, investor.id - Konglomerat Hermanto Tanoko, pemilik PT Avia Avian Tbk (AVIA), membahas mengenai PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bayan Resources Tbk (BYAN) dalam podcast di akun YouTube miliknya yang baru diunggah pada 10 Januari 2023. Diskusi tersebut dilakukan bersama tamunya Tonny Hermawan Adikarjo, seorang financial advicor dan investor saham.
“Yang menarik bagi saya yang mana valuasi misalnya BBCA dengan BYAN itu seharusnya yang wajar bagaimana?” tanya Hermanto Tanoko dikutip Kamis (12/1/2023).
Kemudian Tonny Hermawan menjawab, sebagai seorang investor, tentu salah satu aspek dilihat mengenai saham adalah likuditas perdagangan sahamnya.
“Kalau kita lihat sebagai investor, itu kita lihat di samping harga itu kita harus lihat liquidity,”papar Tonny.
Menurut dia, likuditas saham Bayan Resources tipis meskipun kapitalisasi pasarnya (market cap) sangat besar. Akan tetapi juga, kapitalisasi pasar yang besar telah membuat pemilik Bayan Resources, Low Tuck Kwong telah berhasil menduduk peringkat pertama orang terkaya di Indonesia berdasarkan Real-Time Billionaires versi Forbes, menggeser Budi dan Michael Hartono (Duo Hartono) pemilik BCA.
“Nah ini juga kan Pak Low Tuck Kwong, harga BYAN di kisaran Rp 5.000-7000 nah sekarang Rp 21.000. Itu kenaikannya luar biasa membuat market cap nya tinggi tapi liquidity-nya tipis,” ungkap Tonny.
Dia menyebut, Real-Time Billionaires by Forbes itu benar-benar dikalkulasi secara real time dan day by day berubah. Tergantung juga pada pergerakan harga saham perusahaan terbuka yang dimiliki masing-masing pengusaha.
Dia menilai, kenaikan kinerja perusahaan batu bara seperti Bayan Resources pada 2022 diakibatkan pula perang Rusia-Ukraina yang membuat harga energi terbang.
“Saat ini menurut saya harganya sudah overvalued dan harusnya ini kan tetep kan gak mungkin perang ini terus-menerus terjadi. Akhirnya akan berakhir. Saat perang berakhir euforia akan habis, harga energi akan turun, ya itu maka akan turun,” imbuhnya.
Berbeda dengan bisnis dari Duo Hartono, seperti BCA. Tonny menyebutkan, likuiditas saham BBCA solid sehingga apabila terjadi kenaikan ataupun penurunan tidak akan volatile.
“Dan bisnisnya pun kan saat ekonomi surut ya dia bertumbuh pelan dan saat ekonomi ekspansi dia bertumbuh pesat. Kalau menurut saya secara jangka panjang saya berani investasi di BCA. Jujur saya gak berani investasi di BYAN,” lanjutnya.
Kemudian Hermanto Tanoko menyambung dengan pertanyaan, “Prediksi terkayanya ini mestinya susah untuk digeser?”
Tonny menjawab, di samping BCA, Duo Hartono punya banyak bisnis raksasa lainnya, seperti Polytron, Blibli, dan Djarum. Dan baru Blibli saja yang sudah menjadi perusahaan go public dengan menggelar initial public offering (IPO) pada tahun lalu.
“Ada Poltron, Blibli, ada Djarum yang mana perusahaan itu raksasa semua. Cuman belum di-IPO. Yang sudah IPO terakhi BELI. Seperti Poltyron dan Djarum gak di-IPO. Kalau di-IPO-kan valuasinya berapa,” terang Tonny.
“Seperti yang Pak Hermanto katakan sama saya, this about a number,” pungkas dia.
Sementara itu, berdasarkan Real-Time Billionaires dari Forbes yang diakses pada Kamis (12/1/2023) siang, Low Tuck Kwong masih menduduki nomor 1 orang terkaya di Indonesia dengan kekayaan US$ 27,5 miliar. Di posisi kedua ada Budi Hartono dengan kekayaan US$ 21,4 miliar dan Michael Hartono di peringkat ketiga dengan kekayaan US$ 20,6 miliar.
Editor : Theresa Sandra Desfika (theresa.sandra@investor.id)
Sumber : Investor Daily