Konsorsium Bakrie (BNBR) Bangun Kawasan Industri Nikel US$ 9 Miliar

24 Januari 2023 | Sumber: investor.id

JAKARTA, investor.id - PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) membentuk konsorsium dengan China Envision dan raksasa komoditas global Glencore bernama Indo-pacific Net-zero Battery-materials Consortium (INBC) untuk membangun kawasan industri (KI) nikel terpadu di Sulawesi. Proyek ini menelan investasi US$ 9 miliar.

Di kawasan itu, akan dibangun pabrik pemurnian dan pengolahan (smelter) nikel untuk menghasilkan nikel kelas satu atau battery grade (BG), bahan baku baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV). BG adalah material (prekursor) penting katoda baterai EV bersama lithium, kobalt, mangan/aluminium.

Selain itu, konsorsium Bakrie berniat membangun pabrik sel baterai dengan memanfaatkan prekursor katoda dari smelter yang ada. Itu artinya, ekosistem baterai EV akan hadir di kawasan itu. Seiring dengan itu, Bakrie berencana mengakuisisi tambang nikel di Sulawesi untuk memasok bijih nikel ke smelter di KI tersebut.

“Rencana ini benar. Tetapi, ini dilakukan lewat konsorsium, bukan kami saja,”  ujar Head of Corporate Communication Bakrie & Brothers Bayu Nimpuno kepada Investor Daily, Selasa (24/1/2023).

Bayu belum bisa menyebutkan kapan akuisisi tambang nikel dilakukan. “Ya maunya sih cepat. Tetapi, saya tidak tahu persis target waktu atau jadwalnya seperti apa,” kata Bayu.

Dikutip dari Reuters, INBC diluncurkan bulan lalu untuk menjajaki investasi pembangunan KI di rantai pasok nikel global. Direktur Utama Bakrie & Brothers Anindya Bakrie di sela World Economic Forum (WEF), Davos, menegaskan, KI itu membutuhkan lahan seluas 2.000 hektare (ha), dengan investasi senilai US$ 9 miliar. Investasi ini mencakup seluruh pembangunan industri, mulai dari peleburan nikel hingga pembuatan baterai.

Sementara itu, CEO PT VKTR Teknologi Mobilitas, anak usaha Bakrie & Brothers. Gilarsi W Setijono mengatakan, perseroan berencana mengakuisisi tambang nikel di Sulawesi Tengah atau Tenggara untuk memasok kawasan industri tersebut.

"Tambang itu akan memiliki cadangan yang cukup untuk memproduksi 140 gigawatt-per hour (GWh) baterai EV dalam 25 tahun ke depan," kata Gilarsi.

INBC menetapkan produksi prekursor katoda berbasis nikel dilakukan pada 2026 dengan kapasitas ekuivalen 120 GWh baterai EV. Produk ini akan dijual ke pasar Inggris dan Eropa. Selain itu, prekursor ini akan menghasilkan baterai EV berkapasitas 20 GWh per tahun pada 2028 untuk pasar domestik dan ekspor.

Konsorsium Grup Bakrie tersebut akan meluncurkan studi pra-kelayakan pada Maret 2023 dan memperkuat rencana investasi masing-masing perusahaan. Grup Bakrie berharap menjadi pemegang saham pengendali di konsorsium itu.

IPO VKTR

Di sisi lain, VTKR berencana meluncurkan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham senilai US$ 60 juta pada semester  I-2023. Dana hasil korporasi ini akan digunakan untuk mengembangkan kendaraan listrik.

Sebelumnya, VKTR memperkuat bisnis EV, dengan menggandeng dua pemain besar, yakni Gotion dan PT Gaya Abadi Sempurna Tbk (GAS/SLIS). Bersama Gotion, VKTR berencana membuat battery pack, sedangkan dengan GAS, VKTR berencana memproduksi sepeda motor listrik.

IPO VKTR dibarengi dengan rencana restrukturisasi utang induknya, Bakrie & Brothers. Perseroan akan merestrukturisasi utang hingga Rp 12 triliun pada 2023. Restrukturisasi ini diharapkan menjadi yang terakhir bagi perseroan.

Tahun 2016, Bakrie melakukan restrukturisasi utang sebesar Rp 990 miliar, 2017 sebesar Rp 1,037 triliun, 2018 sebesar Rp 9,38 triliun, dan awal tahun 2022 sebesar Rp 251 miliar.

Berdasarkan laporan keuangan kuartal III-2022, total liabilitas Bakrie mencapai Rp 15,6 triliun, naik dibandingkan Desember 2021 sebesar Rp 13,9 triliun. Perseroan masih membukukan defisit Rp 19,9 triliun pada periode itu, membaik dari sebelumnya Rp 20 triliun. Adapun ekuitas mencapai Rp 1,5 triliun, naik dari Rp 1,3 triliun.

Editor : Indah Handayani (indah.handayani26@gmail.com)