Kresna Sekuritas mempertahankan rekomendasi buy saham PGAS, ini alasannya

12 Oktober 2020 | Sumber: kontan

Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja operasional PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) diproyeksikan akan lebih sehat menyusul adanya kepastian harga distribusi gas dan sejumlah upaya pengembangan bisnis. Kepala Riset Kresna Sekuritas Robertus Hardy mencatat, awal bulan ini PGAS menandatangani kesepakatan dengan Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk menyediakan infrastruktur liquefied natural gas (LNG) di 52 pembangkit listrik berbahan bakar minyak dan gas.

Sebanyak tiga pembangkit listrik akan menerima penyaluran LNG dari PGAS pada tahap awal kerjasama ini, berlokasi di Nias, Tanjung Selor dan Sorong. “Kami berpandangan bahwa ekspansi yang ambisius ke bisnis minyak dan LNG dapat menjadi pendorong utama pertumbuhan PGAS di masa depan, mengingat kontribusi keduanya saat ini masih lebih rendah dibandingkan unit bisnis distribusi dan transmisi gas,” terang Robertus, Senin (12/10).

Mengingat permintaan minyak yang meningkat baru-baru ini dari perusahaan petrokimia dan LNG dari pembangkit listrik, Kresna Sekuritas berekspektasi kedua bisnis tersebut dapat meningkatkan kontribusi terhadap kinerja PGAS.

Di sisi lain, penetapan harga baru gas industri sebesar US$ 6  per million british thermal units (mmbtu) tidak serta merta menggerus kinerja PGAS. Robertus menilai, hal ini malah berpotensi meningkatkan konsumsi pelanggan lama dan menarik pelanggan baru.

Buktinya, terdapat penambahan lima pelanggan baru dari industri baja dan logam baru-baru ini, yakni PT Krakatau Steel Tbk (KRAS), PT Karakatau Wajatama , PT Krakatau Posco, PT Indonesia Pos Chemtech Chosun Ref, dan PT Stollberg Samil Indonesia. Robertus mencatat, kelima perusahaan yang berlokasi di Kawasan Industri Krakatau Cilegon (KIEC, Banten) tersebut telah resmi menerima aliran gas pertama pada awal bulan ini. Volume distribusi diperkirakan mencapai 300.000 mmbtu-450.000 mmbtu atau setara dengan 10-15 billion british thermal unit per day (bbtud) secara gabungan.

Sebelumnya, Direktur Komersial Perusahaan Gas Negara Faris Aziz mengungkapkan, dari penambahan lima pelanggan yang memiliki pangsa pasar nasional dan internasional ini, didapatkan penambahan penyerapan volume gas kurang lebih 7,9 bbtud-14,6 bbtud. Gas bumi yang disalurkan pada industri logam dan baja di Kota Baja Cilegon ini yang bersumber dari Pertamina EP (PEP) Asset II dan ConocoPhilips Grissik Ltd.

“Dengan penyaluran gas ke Krakatau Steel, Krakatau Wajatama dan Krakatau Posco, maka pelaksanaan Kepmen 89K/ 2020 di Jawa Bagian Barat telah mencapai 99%. Kami berharap, manfaat dari Kepmen ESDM 89K/2020 dapat menunjang kegiatan bisnis dan meningkatkan daya saing produk PT Krakatau Steel Group,” ungkap Faris dalam siaran pers, Selasa (6/10). 

Selain itu, penyaluran  gas bumi  ini juga sejalan dengan tujuan pembangunan kluster baja terintegrasi di Cilegon untuk memperkuat pangsa pasar produk baja dalam negeri dan menekan produk baja impor. Kluster baja di Cilegon ditargetkan mampu memproduksi sekitar 10 juta ton baja per tahun, sehingga dapat meningkatkan kemampuan industri baja nasional. 

Kresna Sekuritas mempertahankan rekomendasi beli saham PGAS dengan target harga  Rp 1.570. Adapun kepastian harga distribusi gas dan sejumlah upaya pengembangan usaha lainnya berpotensi untuk menjaga volume distribusi dan memulihkan profitabilitas emiten pelat merah ini.

Dari sisi biaya, dengan selesainya beberapa proyek pengembangan hilir dan hulu migas, PGAS berpotensi mengurangi atau bahkan membalikkan kerugian penurunan nilai asetnya, yang mencapai US$ 71,3 juta pada semester pertama 2020 sekaligus meningkatkan profitabilitas. Lebih lanjut, Robertus juga menilai valuasi saham PGAS masih cukup murah saat ini.

Hanya saja, terdapat sejumlah risiko dari rekomendasi ini, yakni penyelesaian sejumlah proyek pengembangan di bisnis hulu dan hilir yang lebih lambat dari perkiraan, serta volume distribusi bulanan yang lebih rendah dari rata-rata 800 bbtud pada kuartal keempat 2020.