Laba Harum Energy (HRUM) Melesat pada Semester I, Ini Pendorongnya

3 Agustus 2022 | Sumber: kontan

Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Harum Energy Tbk (HRUM) mencetak kinerja ciamik sepanjang semester pertama 2022. Naiknya kinerja HRUM tidak terlepas dari naiknya harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) batubara.

Di kuartal kedua sendiri, ASP milik HRUM naik sebesar 8,9% secara kuartalan menjadi US$ 183,3 per ton dari sebelumnya US$ 168,4 per ton pada kuartal pertama 2022.

Peningkatan ASP ini mengikuti kenaikan harga batubara global yang berada dalam tren yang meningkat, sebagaimana ditunjukkan oleh indeks Newcastle yang juga bergerak lebih tinggi pada triwulan tersebut.

Hal ini bermuara pada ASP HRUM untuk periode enam bulan pertama tahun 2022 juga meningkat 154,3% secara tahunan alias year-on-year (yoy) menjadi US$ 177,0 per ton. Sebagai perbandingan, ASP pada periode yang sama tahun lalu hanya US$ 69,6 per ton.

HRUM juga mencatatkan kenaikan kinerja operasional. Dari sisi penjualan, volume penjualan HRUM sebesar 2,1 juta ton pada semester pertama 2022. Jumlah ini 33,9% lebih tinggi dari volume penjualan yang direalisasikan pada periode yang sama tahun lalu, yakni 1,6 juta ton.

Adapun volume penjualan HRUM di kuartal kedua sendiri naik 36,3% secara kuartalan menjadi 1,2 juta ton dibandingkan dengan 0,9 juta ton pada kuartal sebelumnya. Ini  karena pengiriman batubara HRUM dapat kembali ke jadwal normal pada triwulan kedua 2022.

Dengan kombinasi antara volume penjualan batubara dan ASP yang lebih tinggi, membuat pendapatan HRUM naik 48% pada kuartal kedua 2022 menjadi sebesar US$ 225,3 juta. Hal ini membawa pendapatan HRUM naik 226,2% pada semester pertama 2022 menjadi US$ 377,5 juta

Kinerja HRUM juga disokong oleh segmen nikelnya. Pada bulan April 2022, pabrik peleburan (smelter) pertama HRUM, yakni Infei Metal Industry (IMI), memulai produksi komersial nickel pig iron (NPI) dengan volume produksi logam aktual mencapai lebih dari 90% dari kapasitas

Dalam enam bulan pertama tahun 2022, IMI berhasil menjual 10.991 ton logam nikel, termasuk NPI yang diproduksi selama tahap percobaan produksi.

EBITDA yang dihasilkan oleh IMI pada semester pertama 2022 mencapai US$ 47,0 juta, termasuk penjualan NPI yang dihasilkan selama masa percobaan sebelum April 2022. 

“Untuk sisa tahun ini, kami berharap tingkat utilisasi smelter di IMI dapat dipertahankan sekitar level 90% atau lebih tinggi, yang akan menjaga biaya produksi pada tingkat yang optimal,” tulis manajemen HRUM.

Adapun Westrong Metal Industry (WMI) saat ini sedang membangun smelter nikel Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) di Indonesia Weda Bay Industrial Park, dengan kapasitas produksi tahunan yang direncanakan hingga 56.000 ton logam nikel. Kapasitas ini sekitar dua kali lipat kapasitas produksi smelter di IMI. Manajemen HRUM berharap smelter di WMI dapat memulai produksi komersial secara bertahap

Dari divisi nikel, HRUM mencatatkan laba positif sebesar US$ 26,7 juta dari entitas asosiasi, yang berasal dari penyertaan modal di IMI dan Nickel Industries Limited (NIC). Khusus di IMI, dengan dimulainya produksi komersial pada April 2022, bagian HRUM dalam laba bersih meningkat menjadi US$ 20,4 juta

Pada periode yang sama, HRUM juga mencatatkan bagian laba sebesar US$ 6,4 juta dari investasi ekuitasnya di NIC, dan menerima dividen tunai sebesar US$ 2,4 juta.

Karena faktor-faktor di atas, laba bersih triwulanan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk pada meningkat menjadi US$ 83,2 juta pada kuartal kedua 2022. Angka ini 32,5% lebih tinggi secara kuartalan.

Dus, jika diakumulasikan selama enam bulan pertama tahun 2022, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk HRUM melonjak 1.309,6% yoy menjadi US$ 146,0 juta dari sebelumnya US$ 10,4 juta.

Dengan demikian, marjin laba bersih selama periode tersebut melonjak secara signifikan menjadi 38,7%, dibandingkan dengan marjin pada semester pertama 2021 yang hanya 8,9%. 

“Kenaikan marjin ini sebagian besar disebabkan oleh peningkatan ASP dan kontribusi baru dari divisi nikel, yang menyumbang 18,3 % dari laba bersih konsolidasi yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk,” sambung manajemen HRUM.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News