Laba Nyaris Rp 30 T, BRI Bersiap Aksi Korporasi

31 Agustus 2023 | Sumber: investor.id

JAKARTA, investor.id – Sepanjang paruh pertama 2023, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) berhasil menjaga kinerja positif dengan mengantongi laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik mencapai Rp 29,42 triliun, tumbuh 18,68% secara year on year (yoy). Perseroan juga mengaku bersiap melakukan sejumlah aksi korporasi tahun ini.

Secara konsolidasi, laba bersih BRI senilai Rp 29,56 triliun, meningkat 18,83% (yoy), namun laba bersih BRI Group yang diatribusikan ke pemilik tumbuh 18,68% (yoy). Rencana aksi korporasi diakui BRI lantaran Kantor Akuntan Publik (KAP) melakukan limited review terhadap laporan keuangan kuartal II-2023 BRI. Audit tersebut mengindikasikan bank yang fokus pada segmen UMKM ini menggelar corporate action.

“Kalau dibilang keterlambatan, tapi secara aturan belum ada yang dilanggar, bahwa kami paling akhir melaporkan keuangan itu karena ada limited review dari Kantor Akuntan Publik yang terkait corporate action,” ujar Direktur Utama BRI Sunarso dalam konferensi pers pemaparan kinerja keuangan triwulan II-2023, Rabu (30/8/2023).

Pada kesempatan yang sama, Direktur Keuangan BRI Viviana Dyah Ayu Retno K menambahkan, sesuai dengan regulasi, apabila perseroan melakukan limited review, maka dalam jangka waktu maksimal dua bulan dari periode tutup buku, emiten bersandi saham BBRI ini wajib menyampaikan. “Sehingga, memang akhir Agustus ini adalah batas BRI untuk menyampaikan laporan keuangan yang sudah dilakukan limited review oleh KAP kami,” sambung Viviana.

Audit yang dilakukan KAP pada laporan keuangan kuartal II-2023 ini merupakan salah satu langkah untuk melakukan aksi korporasi (corporate action). Adapun, pihaknya memberi sinyal bukan hanya akan melakukan satu aksi korporasi, namun beberapa aksi. “Hal ini tentunya terkait dengan beberapa aksi korporasi yang tentunya kami akan lakukan keterbukaan informasi sesuai ketentuan yang berlaku kepada pasar modal, terkait rencana ini ke depan,” imbuh Viviana.

Namun, pihaknya enggan membocorkan aksi korporasi yang bakal dilakukan BRI tahun ini. Sunarso juga memberi sinyal bahwa perseroan tidak akan melakukan aksi penambahan modal maupun mencari pendanaan di luar dana pihak ketiga (DPK).

Sunarso menjelaskan bahwa kondisi likuiditas BRI sampai dengan semester I-2023 masih sangat memadai, terlihat dari loan to deposit ratio (LDR) di level 87,26%. Menurut dia, LDR ideal berkisar 90-92%, artinya BRI masih memiliki ruang yang besar untuk mendorong penyaluran kreditnya.

“Kalau belum bisa salurkan kredit agresif, nggak perlu jor-joran cari dana mahal, begitu bisa salurkan kredit kita siapkan dananya. Kredit kalau bisa tumbuh lebihi target, maka harus lebih hati-hati cari sumber pendanaannya. Dengan LDR 87% menurut saya belum perlu strategi khusus jangka pendek untuk cari sumber pendanaan,” jelas Sunarso.

Dia memaparkan, sumber likuiditas BRI diprioritaskan berasal dari dana murah (current account saving account/CASA). Kemudian, dari non-CASA yakni deposito. “Kalau dengan CASA tidak cukup, deposito tidak cukup, kami masih punya treasury asset yang bisa dijual, dan kami belum lakukan itu besar-besaran karena LDR masih 87%. Yang penting sekarang mendorong pertumbuhan kredit untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, daripada jor-joran cari dana mahal karena LDR 87%, kami masih dorong ke 90-92%,” urai Sunarso.

Bila kepepet butuh likuiditas, dia memilih untuk menguasai ekosistem, karena jika dalam situasi ketat jangan sampai ada dana menganggur. “Maka duit akan mengalir di ekosistem, di zaman digital ini akan mengalir di ekosistem melalui transaksi secara digital,” ucap dia.

Sementara itu dari sisi permodalan, capital adequacy ratio (CAR) BRI sangat kuat di level 26,65%. BRI optimistis akan mampu mendorong menggerakkan perekonomian nasional melalui pembiayaan dan pemberdayaan UMKM. Sehingga, sangat kecil kemungkinan BRI menambah modal lewat rights issue.

Sebelumnya, Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo mengatakan bahwa PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) tengah membuka diri untuk mencari investor strategis. Untuk menarik investor strategis, BRI dan BNI tidak akan mengambil haknya ketika BSI melakukan rights issue nantinya. Dengan demikian, kepemilikan BRI dan BNI di BSI akan terdilusi.

“Dari pemegang saham pengendali sekarang Bank Mandiri, akan jadi pengendali selamanya dan ada strategis (investor). BRI, BNI perlahan akan keluar dari BSI, ini kita lihat opportunity market,” kata pria yang akrab disapa Tiko.

Kredit Mikro

Hingga akhir kuartal II-2023, BRI berhasil menyalurkan kredit dan pembiayaan senilai Rp 1.202,13 triliun dengan penopang utama pertumbuhan yakni pada segmen mikro yang tumbuh 11,41% (yoy) menjadi Rp 577,94 triliun. Dengan demikian, porsi kredit mikro telah mencapai 48,08% terhadap total penyaluran kredit BRI.

Penyaluran kredit mikro yang tumbuh double digit membuat proporsi kredit UMKM BRI juga terus meningkat. Hingga akhir triwulan II-2023, sebesar 84,48% dari total kredit BRI atau senilai Rp 1.015,54 triliun merupakan kredit yang disalurkan kepada segmen UMKM. “Hal ini menjadi pertama kalinya kredit UMKM BRI menembus di atas Rp 1.000 triliun, dan BRI berkomitmen untuk terus meningkatkan porsi kredit UMKM mencapai 85% di 2024,” tambah Sunarso.

Keberhasilan BRI mengorkestrasi strategi yang dijalankan perseroan tercermin dari kinerja yang sehat dan berkelanjutan. Hal tersebut tercermin dari aset yang meningkat 9,21% year on year (yoy) menjadi Rp 1.805,15 triliun. Khusus untuk perkembangan Holding Ultramikro (UMi), hingga akhir triwulan II-2023 telah mengintegrasikan lebih dari 36 juta nasabah pinjaman dan 162 juta nasabah simpanan mikro dengan didukung 1.013 unit kantor co-location Senyum (Sentra Layanan Ultra Mikro).

Kemampuan BRI menyalurkan kredit juga diimbangi dengan menjaga kualitas kredit yang disalurkan. NPL BRI pada akhir kuartal II-2023 tercatat sebesar 2,95% atau membaik apabila dibandingkan dengan NPL pada kuartal II-2022 sebesar 3,26%. Hal ini membuat credit cost BRI menurun, dari semula 3,11% pada triwulan II-2022 menjadi 2,26% pada triwulan II 2023.

“Keberhasilan BRI me-manage NPL juga diimbangi dengan pencadangan yang memadai, di mana hingga akhir triwulan II-2023 tercatat NPL coverage BRI sebesar 248,54%,” tambah Sunarso.

Sunarso juga mengungkapkan bahwa faktor utama penopang kinerja BRI di antaranya adalah pertumbuhan kredit mikro dan CASA yang mencapai double digit, kualitas aset terjaga, rasio efisiensi yang membaik, proporsi fee-based income yang terus tumbuh konsisten, serta semakin solidnya kinerja perusahaan anak yang tergabung dalam BRI Group.

DPK BRI tercatat Rp 1.245,12 triliun yang bersumber dari CASA senilai Rp 815,42 triliun dengan porsi 65,49% dari total DPK.

BRI memiliki dua strategi utama untuk mendorong penghimpunan CASA ke depan, yakni fokus pada retensi dan akuisisi. “Untuk retensi, strategi BRI akan difokuskan pada transaksi digital, mengoptimalkan value chain nasabah wholesale, serta menggunakan big data untuk memaksimalkan peluang dari nasabah. Sedangkan untuk akuisisi, BRI akan menargetkan ekosistem bisnis serta merchant,” pungkas Sunarso.

Editor: Kunradus Aliandu (kunradu@investor.co.id)

Dapatkan info hot pilihan seputar ekonomi, keuangan, dan pasar modal dengan bergabung di channel Telegram "Official Investor.ID". Lebih praktis, cepat, dan interaktif. Caranya klik link https://t.me/+oCMJPFzpWeg0OGZl, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS