Lini bisnis baru Global Teleshop (GLOB) bakal meluncur di semester II 2021

30 April 2021 | Sumber: kontan

Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Belanja modal PT Global Teleshop Tbk (GLOB) tahun ini akan banyak dialokasikan pada pembangunan lini bisnis baru yang bergerak pada jasa perbaikan smartphone, komputer dan tablet yang akan diluncurkan pada semester II 2021.

Direktur Global Teleshop Sugiono Wiyono Sugialam mengatakan, langkah tersebut dilakukan selaras dengan memperkuat lini bisnis gaya hidup yakni penjualan mesin kopi yang telah berjalan 1,5 tahun terakhir.

"Belanja modal (capex) semua berasal dari dana internal dan kami manfaatkan aset dan tempat yang ada," ujarnya dalam paparan publik virtual tanpa membuka angka capex tahun ini, Kamis (29/4).

Sebagai informasi, sejak kuartal I 2020, GLOB mendirikan lini nisnis baru meliputi penjualan biji kopi beserta alatnya.

Sugiono melanjutkan, tahun ini GLOB fokus meneruskan prinsip bisnis dan meneruskan bisnis yang telah dijalankan, termasuk memperkuat lini bisnis yang berada di jalur gaya hidup tersebut. Tahun ini, GLOB turut mengambil kriteria ramah lingkungan.

Sepanjang 2020, GLOB mencatat penurunan pendapatan sebesar 87,15% menjadi Rp 30,67 miliar. Pada periode sama tahun sebelumnya, emiten ini mencatat pendapatan Rp 238,62 miliar.

Beban pokok pendapatan turun 87,42% menjadi Rp 28,60 miliar pada 2020 dari tahun sebelumnya Rp 227,42 miliar.

Laba kotor turun 81,52% dari Rp 11,19 miliar pada 2019 menjadi Rp 2,07 miliar. Beban usaha turun 57,08% menjadi Rp 8,26 miliar pada 2020 dari tahun sebelumnya Rp 19,24 miliar.

GLOB mencatat laba usaha yang mampu dihasilkan sepanjang 2020 yakni Rp 1,66 miliar. Angka tersebut turun 78,94% dibandingkan 2019, Rp 7,88 miliar.

GLOB juga masih mencatat kerugian Rp 50,61 miliar pada 2020 dari periode 2019 rugi Rp 39,73 miliar. Dengan demikian, kerugian GLOB meningkat 27,39%.

Semenyara, total liabilitas tercatat naik 7,03% menjadi Rp 806,18 miliar pada 2020 dari tahun sebelumnya Rp 753,25 miliar. Sedangkan defisiensi ekuitas naik 6,79% menjadi Rp -795,56 miliar pada 2020 dari periode 2019 sebesar Rp -744,97 miliar.

"Tahun ini, kami pasang target sangat konservatif. Kami fokus menjaga EBITDA dan arus kas tetap positif, bukan pertumbuhan pendapatan. Jika EBITDA meningkat kami mampu melakukan pembayaran pada kreditor dan kewajiban pembayaran lainnya," kata Sugiono.