London Sumatra (LSIP) hadapi tantangan produksi, penjualan berpotensi tumbuh stagnan

28 Januari 2021 | Sumber: kontan

Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek pemulihan ekonomi di tahun ini berpotensi meningkatkan permintaan minyak sawit mentah atawa crude palm oil (CPO) yang diproduksi PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP). Namun, volume penjualan berpotensi tumbuh  stagnan karena  LSIP akan banyak menghadapi tantangan dalam  meningkatkan volume produksi di tahun ini. 

Michael Filbery, Analis Phillip Sekuritas Indonesia mengatakan tren permintaan CPO akan membaik seiring dengan membaiknya roda perekonomian di tahun ini. Andrianto Saputra Analis Sinarmas Sekuritas juga memproyeksikan permintaan CPO akan lanjut menguat karena China harus membeli lebih banyak CPO akibat kekurangan apsokan kedelai dan perapan B30. 

Sementara itu, meski saat ini harga CPO mulai terkoreksi setelah sentuh rekor tertinggi, Michael memproyeksikan rata-rata harga jual atawa average selling price (ASP) CPO tetap stabil di tahun ini. 

Mengutip Bloomberg, Rabu (27/1), harga CPO di Malaysia Derivative Exchange berada di RM 3.221 per ton. Angka tersebut menurun sejak harga sentuh rekor tertinggi di awal Januari di RM 3.733 per ton. 

Michael mengatakan penurunan harga CPO belakangan ini terjadi karena antisipasi kinerja ekspor CPO Malaysia di awal bulan ini yang menurun 41% dibaningkan Desember 2020. 

Michael memproyeksikan harga rata-rata CPO di tahun ini di level RM 2.800 per ton. Dampaknya, ASP LSIP beprotensi meningkat tipis. "Asumsi ASP CPO LSIP sekitar Rp 8.000 per kilogram," kata Michael, Rabu (27/1). 

Di tengah permintaan CPO masih terus tumbuh dan ASP stabil, Michael mengatakan volume penjualan LSIP berpotensi tumbuh stagnan karena akan menghadapi tantangan dalam produksi. 

Misalnya, LSIP  membutuhkan waktu lebih lama untuk panen karena dampak penanaman kembali (re-planting) masih berlanjut.  Selain itu, faktor musim hujan atawa La Nina juga berpotensi mengganggu produksi. 

Umur tanaman LSIP yang kini mencapai  17 tahun juga sudah di atas rata-rata dari para kompetitornya. Faktor-faktor tersebut membuat produktivitas LSIP berpotensi menurun.

Di tengah produksi yang masih tertekan, Michael tetap optimistis LSIP masih mampu  memperbaiki kinerja di tahun ini. Sentimen yang mendukung adalah LSIP mampu menekan biaya harvesting, cultivation dan labour cost. 

Alhasil, operating margin masih dapat tumbuh di tahun ini. Michael memproyeksikan penjualan di sepanjang 2021 tumbuh 4% secara tahunan dengan laba bersih tumbuh 8% secara tahunan. 

Michael merekomendasikan hold saham LSIP dengan target harga Rp 1.410. Sementara, Andrianto merekomendasikan buy LSIP dengan target harga Rp 1.470.