Masih ada keraguan going concern, suspend saham Bakrie Telecom (BTEL) diperpanjang

15 Mei 2021 | Sumber: kontan

Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) memperpanjang suspend saham PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) meski emiten ini telah menyerahkan laporan keuangan kuartal ketiga 2020 yang diaudit pada 17 Januari lalu. BEI menyebut setelah emiten menyampaikan laporan keuangan, maka BEI dapat membuka suspend saham emiten.

Namun berdasarkan evaluasi bursa atas laporan keuangan serta tanggapan permintaan penjelasan, BEI berpendapatan masih terdapat keraguan atas kelangsungan usaha (going concern) Bakrie Telecom. "Sehubungan dengan hal tersebut, maka BEI memutuskan untuk melakukan perpanjangan penghentian sementara perdagangan efek Bakrie Telecom (BTEL) di seluruh pasar sejak sesi I perdagangan hari Selasa, 11 Mei 2021 hingga pengumuman lebih lanjut," ungkap BEI dalam pengumuman bursa, Senin (10/5).

Bakrie Telecom telah menyerahkan laporan keuangan kuartal ketiga 2020 yang mendapatkan opini wajar dengan pengecualian (WDP). Pada periode sembilan bulan tahun lalu, BTEL mencatat pendapatan usaha Rp 8,1 miliar. Pendapatan ini turun 21,13% secara tahunan dari sebelumnya Rp 10,27 miliar.

Kerugian bersih BTEL mencapai Rp 60,17 miliar. Kerugian ini berbalik tajam jika dibandingkan dengan laba Rp 7,17 miliar pada periode Januari-September 2019.

Neraca keuangan Bakrie Telecom pun masih tertekan. Emiten yang pengendalinya adalah PT Bakrie Global ini memiliki defisit Rp 16,7 triliun dengan defisiensi modal bersih Rp 9,67 triliun. 

Sementara liabilitas total BTEL sebesar Rp 9,67 triliun. Total aset Bakrie Telecom hanya Rp 4,54 miliar.

Tak cuma tertekan dari sisi keuangan, pencatatan saham BTEL pun di ambang batas. Bursa Efek Indonesia telah mensuspensi saham BTEL hampir 24 bulan. Suspend saham BTEL dimulai pada 27 Mei 2019.

Sehingga dalam waktu kurang dari dua pekan lagi, suspend saham BTEL akan mencapai 24 bulan. Suspend yang sudah mencapai 24 bulan sekaligus keraguan atas kelangsungan usaha merupakan syarat penghapusan saham perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia.

Berdasarkan data biro administrasi efek per Februari 2021, jumlah saham BTEL dengan kepemilikan kurang dari 5% mencapai 50,76%.

PT Huawei Tech mencatat kepemilikan terbesar, yakni 16,81%. PT Mahindo Agung menggenggam 13,58% saham BTEL. PT Bakrie Global memiliki 7,17% saham Bakrie Telecom. Sementara Raiffeisen Bank dan Credit Suisse masing-masing memiliki 6,01% dan 5,37% saham BTEL.