Multifinance Kebut Pembiayaan di Awal Tahun

30 Maret 2023 | Sumber: investor.id

JAKARTA, investor.id - Multifinance memacu laju penyaluran pembiayaan di awal tahun 2023. Pertumbuhan pembiayaan diperkirakan melambat usai Lebaran, namun masih lebih baik dibandingkan realisasi tahun lalu.

Chief Financial Officer PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (ADMF) atau Adira Finance Sylvanus Gani Mendrofa menyampaikan, penyaluran pembiayaan baru (booking) periode Januari-Februari 2023 tercatat mencapai Rp 6,8 triliun. Nilai ini lebih baik dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 4,5 triliun.

Dengan demikian, kata dia, booking tercatat tumbuh sekitar 50%, didukung pembiayaan berbasis syariah senilai Rp 1,4 triliun. Penguatan kinerja ini sejalan dengan pencapaian yang baik di sektor otomotif.

"Baseline tahun lalu memang agak kecil karena banyak isu pasokan stok, perang Rusia-Ukraina, dan lainnya. Tapi, kami meyakini bahwa pertumbuhan booking di sisa tahun, bisa di level 20-25%," ungkap Sylvanus Gani kepada Investor Daily, Rabu (29/3/2023).

Jika dibandingkan dengan tahun lalu, target pertumbuhan booking Adira Finance untuk tahun ini masih lebih baik. Di tahun lalu, pembiayaan baru meningkat sebesar 22% (yoy) menjadi Rp 31,7 triliun, terutama didorong dari pertumbuhan segmen pembiayaan mobil.

Upaya memacu penyaluran pembiayaan di awal tahun juga dilakukan PT Mandiri Utama Finance (MUF). Direktur Utama MUF Stanley Setia Atmadja menerangkan, total penyaluran pembiayaan Januari-Februari 2023 MUF dibandingkan periode sama tahun lalu (yoy) mengalami pertumbuhan 42,6%.

Menurut dia, pertumbuhan ini bahkan lebih tinggi dibandingkan tren pertumbuhan industri penjualan kendaraan bermotor maupun industri multifinance. Meski begitu, pertumbuhan pembiayaan diperkirakan berpotensi melambat setelah periode Lebaran.

"Tren pertumbuhan bulanan akan terus berlanjut hingga menjelang Lebaran ini, sebagaimana tren-tren tahun sebelumnya. Kemudian akan mengalami penurunan pasca-Lebaran, walaupun secara yoy kami yakin tahun ini masih akan tetap lebih tinggi dari tahun lalu," kata Stanley.

Mengacu data Gaikindo, penjualan mobil dari pabrikan (wolesales) periode Januari-Februari 2023 masih mencatatkan pertumbuhan 9,6% menjadi 181 ribu unit. Sementara penjualan mobil dari dealer ke konsumen (retail sales) bahkan tumbuh 17,7% pada dua bulan pertama menjadi sebanyak 174 ribu.

Menanggapi tren penjualan mobil itu, Presiden Direktur PT CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) Ristiawan Suherman mengatakan, pihaknya menyambut baik geliat positif penjualan mobil sepanjang kuartal I-2023. Di periode yang sama, pembiayaan baru CNAF juga meningkat sampai dengan 36%.

Dia menilai, tentu perolehan tersebut tidak terlepas dari berkah menjelang Ramadan dan Lebaran di tahun ini. Dalam strateginya, perusahaan menawarkan program menarik dengan pembiayaan margin mulai 0% hingga DP 10%, berikut syarat dan ketentuan yang berlaku.

Ristiawan meyakini, akan ada kenaikan dari sisi pembiayaan kendaraan hingga menjelang Lebaran. "Tren kenaikan pembiayaan baru akan berlanjut sampai dengan Maret, kemudian di April akan terjadi penurunan karena cuti bersama Lebaran," imbuh Ristiawan.

Kenaikan Biaya Dana

Adapun pemain di bidang ini lebih optimistis kinerja pembiayaan bisa melanjutkan pemulihan di tahun ini. Namun, pemulihan kinerja pembiayaan pasca-pandemi masih dihadapkan dengan sejumlah tantangan. Kali ini, tantangan lebih berimbas pada kinerja keuangan perusahaan.

Sejumlah pemain di bidang multifinance sepakat, kenaikan suku bunga kredit perbankan akan mulai mengerek biaya dana (cost of fund/CoF) perusahan. Tentu ini yang patut dicermati, memilih rela memangkas margin atau membebankan kepada debitur.

Bagi Adira Finance, kata Sylvanus Gani, runtuhnya bank-bank global hingga kembali memanasnya konflik Rusia-Ukraina mesti diantisipasi. "Tapi kini yang jelas, kenaikan suku bunga masih terjadi, ini akan menjadi tantangan kenaikan biaya dana untuk periode ke depan, yang akan menggerus margin," imbuh dia.

Ristiawan pun demikian, CIMB Niaga Finance perlu tetap hati-hati dalam penyaluran pembiayaan. Di samping itu, mitigasi risiko atas kondisi eksternal patut dicermati dan implikasinya kepada perusahaan multifinance. "Sepanjang tahun ini ancaman dampak krisis global belum bisa diabaikan, yang akan berpengaruh pada pergerakan suku bunga kredit perbankan," imbuh dia.

Menilik data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pendanaan yang diterima multifinance dari bank mencapai Rp 228,46 triliun atau tumbuh 19,30% (yoy) per Januari 2023. Nilai tersebut mencakup sekitar 75% dari jumlah sumber pendanaan senilai Rp 302,73 triliun.

Sementara itu, surat berharga yang diterbitkan multifinance mencakup sekitar 25% dengan nilai mencapai Rp 49,31 triliun, naik hanya 3,75% (yoy) pada Januari 2023. Hal inilah yang mendorong OJK mengimbau multifinance untuk melakukan diversifikasi pendanaan.

Karena seiring pendanaan dan suku bunga yang meningkat, beban operasional perusahaan multifinance akan turut meningkat. Pada Januari 2023, beban bunga meningkat 14,55% (yoy) menjadi Rp 1,82 triliun. Meski skala bisnis meningkat, pendapatan bunga relatif landai atau hanya naik 0,16% (yoy) menjadi Rp 8,57 triliun.

Stanley mengingatkan, MUF telah coba mengantisipasi perkembangan kondisi ekonomi makro, khususnya terkait inflasi yang mengambil peran besar mendorong bank sentral meningkatkan suku bunga acuan. Antisipasi perlu dilakukan dari berbagai aspek, salah satunya yakni penting dalam hal seleksi risiko.

"Perseroan mengantisipasi dengan cara melakukan pemasaran yang tepat sasaran serta memastikan nasabah mempunyai kualitas yang baik dengan melihat kepada profil nasabahnya (risk based pricing) tentunya dengan profil risiko baik," beber Stanley.

Dapatkan info hot pilihan seputar ekonomi, keuangan, dan pasar modal dengan bergabung di channel Telegram "Official Investor.ID". Lebih praktis, cepat, dan interaktif. Caranya klik link https://t.me/+ijaEXDjGdL1lZTE1, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS