Pemerintah Dorong BUMN Gunakan Kendaraan Listrik, Berikut Emiten yang Diuntungkan

14 September 2022 | Sumber: kontan

Reporter: Nur Qolbi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir meminta para direktur utama BUMN agar memberikan dukungan percepatan pengembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.

Upaya ini dilakukan untuk mencapai target bauran energi dari energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23% di tahun 2025, serta pemenuhan Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060 atau lebih cepat.

Secara umum, para BUMN diminta untuk mengalokasikan sumber daya di lingkungan perusahaan, seperti penyediaan anggaran untuk mendukung percepatan pelaksanaan program kendaraan bermotor listrik berbasis baterai alias battery electric vehicle (BEV).

Kemudian, BUMN diminta meningkatkan penggunaan berbagai jenis BEV di lingkungan grup perusahaan. Di antaranya sebagai kendaraan dinas direksi dan pimpinan perusahaan, kendaraan operasional perusahaan baik kendaraan roda dua dan roda empat, dan program kepemilikan kendaraan bagi karyawan.

Head of Research Henan Putihrai Sekuritas Robertus Yanuar Hardy menilai, kebijakan kendaraan listrik BUMN ini akan lebih memberikan dampak ke sisi manufaktur komponen seperti PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA). Mengingat, emiten ini menjalin kerja sama dengan Hyundai dan motor listrik Gojek.

Menurut Robertus, BUMN kemungkinan besar juga memilih kendaraan listrik yang sudah diproduksi dalam negeri atau yang dikenal dengan sebutan Completely Knock Down (CKD). CKD sendiri berarti kendaraan bermotor yang diimpor dalam keadaan komponen yang lengkap namun belum dirakit.

Sejauh ini, kendaraan listrik yang sudah diproduksi dalam negeri adalah Hyundai dengan DRMA sebagai penyuplai komponennya. Sementara itu, Toyota sudah berkomitmen investasi kendaraan listrik di Indonesia, tetapi masih belum pasti kapan memulai produksinya.

 

"Toyota dengan PT Astra International Tbk (ASII) masih melihat harga jual kendaraan listrik saat ini masih mahal, yakni di Rp 600 juta-Rp 800 juta, sedangkan mayoritas kemampuan konsumen di harga Rp 300 juta," kata Robertus saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (13/9).