Per September 2020, produksi nikel Vale Indonesia (INCO) tembus 55.792 metrik ton

21 Oktober 2020 | Sumber: kontan

Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produksi nikel PT Vale Indonesia Tbk (INCO) tumbuh di sepanjang kuartal III-2020. Dalam keterangan resminya, CEO dan Presiden Direktur Vale Indonesia Nicolas Kanter mengatakan, INCO telah memproduksi 19.477 metrik ton (MT) nikel dalam matte sepanjang triwulan ketiga tahun 2020.

Realisasi ini 4% lebih tinggi dibandingkan dengan volume produksi yang dihasilkan pada kuartal kedua 2020 yang hanya 18.701 MT. Sementara jika diakumulasikan, produksi nikel Vale Indonesia pada sembilan bulan pertama 2020 mencapai 55.792 MT, atau 10% lebih tinggi dibandingkan dengan produksi pada periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya 50.531 MT.

Nico menyambut baik operasional INCO pada triwulan ketiga yang dapat tumbuh lebih baik. Meskipun  berada dalam situasi pandemi, konstituen Indeks Kompas100 ini bisa menghasilkan volume produksi yang lebih tinggi. “Kami berterima kasih kepada semua karyawan atas kerja kerasnya dalam mewujudkan hal ini dan optimis dapat memenuhi target produksi 2020 sekitar 73.000 ton,” terang Nicolas, Senin (19/10).

Sebelumnya, pada Rabu (7/10), Vale Indonesia mengumumkan penyelesaian penjualan (pengalihan) 20% sahamnya kepada PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) atau MIND ID. Divestasi 20% saham ini berjumlah Rp 5,52 triliun yang terdiri dari 1,98 miliar saham.

Adapun proses divestasi ini dilakukan guna memenuhi kewajiban INCO  berdasarkan Amandemen Kontrak Karya tanggal 17 Oktober 2014 yang ditandatangani oleh INCO dan Pemerintah Republik Indonesia (Amandemen KK). Berdasarkan Amandemen KK, divestasi merupakan salah satu kewajiban yang harus dipenuhi oleh emiten nikel ini untuk melanjutkan operasinya setelah tahun 2025.

Pasca merampungkan divestasi, INCO pun telah menyiapkan langkah yang akan dilakukan dalam waktu dekat. Direktur Keuangan Vale Indonesia Bernardus Irmanto mengatakan, langkah selanjutnya yang akan dilakukan tentu saja melaksanakan beberapa kesepakatan yang tertuang dalam shareholder agreement.

Salah satu diantaranya melakukan debottlenecking study untuk melihat peluang sejauh mana INCO  bisa memaksimalkan kapasitas produksi smelter yang ada saat ini.

“Selain itu, tentu saja dengan masuknya direksi dan komisaris yang diangkat Inalum diharapkan semakin banyak diskusi dan sinergi yang bisa dilakukan untuk mendukung strategi perusahaan,” ujar Bernardus kepada Kontan.co.id.

Adapun target produksi INCO hingga akhir tahun masih di angka 73.700 metrik ton, naik dari target produksi tahun sebelumnya yang ada di angka 71.000 metrik ton. Naiknya target produksi ini disebabkan oleh keputusan INCO untuk menunda pembangunan tanur listrik 4 yang semula dijadwalkan akan dilakukan pada triwulan keempat 2020, diundur menjadi ke triwulan kedua tahun 2021.