Pertumbuhan Lonsum Bisa Lebih Tinggi dari Estimasi

23 Desember 2021 | Sumber: investor.id

JAKARTA, investor.id - PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) atau Lonsum menunjukkan potensi pertumbuhan kinerja keuangan yang lebih pesat dibandingkan perkiraan tahun ini. Sementara itu, prospek harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) tahun depan diperkirakan cenderung turun, seiring mulai stabilnya pasokan dunia.

Analis BRI Danareksa Sekuritas Andreas Kenny mengungkapkan, tingkat pertumbuhan kinerja keuangan Lonsum berpotensi lebih tinggi dari estimasi semula. Hal ini didukung oleh keberhasilan perseroan mencatatkan lonjakan kinerja operasional dan produksi hingga September 2021.

Kuatnya pertumbuhan kinerja keuangan hingga September mendorong BRI Danareksa Sekuritas memiliki merevisi naik target laba bersih Lonsum tahun ini dari Rp 1,18 triliun menjadi Rp 1,34 triliun.

Kinerja keuangan Lonsum
Kinerja keuangan Lonsum

Begitu juga dengan estimasi pendapatan direvisi naik dari Rp 4,87 triliun menjadi Rp 5,18 triliun.

“Kami kagum atas keberhasilan perseroan mencetak lonjakan volume produksi tandan buah segar (TBS) kebun inti hinggga 3% sampai September 2021. Peningkatan produksi tersebut diperkirakan berlanjut hingga pengujung tahun ini,” tulis Andreas dalam risetnya.

Sedangkan volume produksi TBS perseroan tahun 2022 cenderung stabil atau hanya tumbuh 1%. Sedangkan rata-rata harga jual CPO tahun 2021 diperkirakan mencapai 4.400 ringgit Malaysia per ton dan kemudian turun menjadi 3.800 ringgit Malaysia per ton pada 2022. Penurunan rata-rata harga jual tahun 2022 bakal dipengaruhi oleh suplai minyak nabati dunia yang diperkirakan mulai pulih.

Berbagai faktor tersebut mendorong BRI Danareksa Sekuritas untuk mempertahankan rekomendasi beli saham LSIP dengan target harga Rp 2.000. Target tersebut juga merefleksikan rata-rata harga jual CPO perseroan yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan sejenis. Target tersebut juga mempertimbangkan estimasi PE tahun 2022 sekitar 8,1 kali.

Adapun laba bersih Lonsum tahun ini diprediksi melonjak menjadi Rp 1,41 triliun dan diperkirakan turun menjadi Rp 1,12 triliun pada 2022, dibandingkan realisasi tahun 2020 senilai Rp 696 miliar. Pendapatan perseroan juga diharapkan naik menjadi Rp 5,28 triliun pada 2021 dan menjadi Rp 4,79 triliun pada 2022, dibandingkan tahun 2020 senilai Rp 3,53 triliun.

PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (Lonsum). Foto: Laporan tahunan.
PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (Lonsum). Foto: Laporan tahunan.

Sementara itu, analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Juan Harahap mengungkapkan, realisasi kinerja keuangan Lonsum hingga September 2021 telah mencapai target yang ditetapkan, meski  laba bersih perseroan bertumbuh 171,5% menjadi Rp 752 miliar.

Sedangkan volume penjualan CPO perseroan meningkat 12,6% menjadi 250 ribu ton sampai kuartal III-2021. Begitu juga dengan volume produksi TBS kebun inti dan eksternal meningkat masing -masing 3% dan 59%.

Capaian kinerja operasional dan keuangan yang telah mencapai target tersebut mendorong Mirae Asset Sekuritas untuk mempertahankan rekomendasi beli saham LSIP dengan target harga Rp 1.900.

Target tersebut mempertimbangkan kuatnya neraca keuangan perseroan dengan kas bersih positif dan outlook CPO masih baik setidaknya sampai akhir 2021.

Mirae Asset Sekuritas memperkirakan peningkatan laba bersih Lonsum menjadi Rp 1,04 triliun tahun 2021 dan turun menjadi Rp 970 miliar pada 2022, dibandingkan raihan tahun 2020 sebanyak Rp 696 milliar. Pendapatanperseroan juga diperkirakan mencapai Rp 4,90 triliun tahun 2021 dan turun menjadi Rp 4,84 triliun pada 2022, dibandingkan raihan tahun 2020 sebanyak Rp 3,53 triliun.

Pasokan Pulih

Harga saham LSIP dalam satu dekade terakhir
Harga saham LSIP dalam satu dekade terakhir

Sementara itu, analis Sinarmas Sekuritas Axel Leonardo mengungkapkan, emiten sektor perkebunan kelapa sawit diperkirakan tetap memiliki outlook positif setidaknya hingga kuartal I-2022. Namun, akhir tahun 2022, harga jual CPO kemungkinan cenderung turun, seiring dengan perkiraan mulai pulihnya pasokan minyak nabati dunia.

Pulihnya pasokan dipengaruhi oleh sejumlah faktor, seperti keputusan Pemerintah Malaysia untuk menyetujui perekrutan sebanyak 32 ribu tenaga kerja asing di sektor perkebunan kelapa sawit.

“Kami memperkirakan kebijakan ini secara bertahap berimbas terhadap peningkatan volume produksi perkebunan kelapa sawit Malaysia setidaknya mulai kuartal II-2022,” tulis Axel dalam risetnya.

Pemulihan pasokan tersebut berpotensi menjadikan rata-rata harga jual CPO dunia hanya akan berada di atas kisaran 3.600 ringgit Malaysia per ton pada 2022 dibandingkan rata-rata harga CPO tahun ini sekitar 4.300 ringgit Malaysia per ton.

Sedangkan permintaan CPO dunia, menurut dia, menunjukkan tren peningkatan, apalagi setelah India menurunkan tarif impor CPO dan turunannya. Pajak efektif impor CPO diturunkan menjadi 8,25% dibandingkan sebelumnya 24,75%. Tarif impor juga ditetapkan menjadi nol untuk periode Oktober 2021-Maret 2022.

“Perubahan kebijakan ini didukung oleh lonjakan permintaan minyak nabati di India, seiring dengan mulai meningkatnya anggaran konsumsi penduduk. Perubahan kebijakan tersebut tentu berimbas positif terhadap pasar CPO,” jelasnya.

Hingga Oktober 2021, harga CPO mencapai level tertinggi sepanjang masa. Lonjakan harga tersebut dipengaruhi oleh peningkatan permintaan dunia, khususnya India dan Tiongkok, di tengah penurunan produksi di Malaysia. Penurunan produksi CPO Malaysia dipengaruhi dua faktor, yaitu penyebaran Covid-19 dan kekurangan tenaga kerja kebun.

Editor : Gora Kunjana (gora_kunjana@investor.co.id)

Sumber : Investor Daily