JAKARTA, investor.id - Peluncuran aplikasi GoPay pekan lalu ternyata menyimpan sejumlah rencana strategis. Tak sekadar alat transaksi, aplikasi ini bakal menawarkan beberapa layanan lain.
Rencana strategis yang dimaksud adalah percepatan laju bisnis pembiayaan. Basis data pengguna ekosistem GoTo saat ini ditambah pengguna baru aplikasi GoPay bisa semakin memperluas kapabilitas perusahaan menjangkau pengguna.
Baca Juga: Luncurkan Aplikasi GoPay, GOTO Ikut Ramaikan Keuangan Digital
Managing Director GoPay dan Kepala Divisi Kepatuhan GoTo Financial Budi Gandasoebrata menyampaikan, total ada sebanyak 67 juta pengguna dalam ekosistem GoTo. Jumlah itu masih terbatas jika dibandingkan jumlah penduduk Indonesia yang sudah lebih dari 270 juta jiwa.
"Artinya, ada potensi untuk mengisi gap di situ. Kita bisa memperluas pengguna GoPay di luar 67 juta pengguna GoJek dan Tokopedia," ungkap Budi saat ditemui, di Jakarta, pekan lalu.
GoPay melalui aplikasi terpisah dari Gojek dan Tokopedia punya misi menyasar wilayah tier 2 dan 3. Karena alasan itu pula aplikasi diramu dengan ukuran ringan dan tampilan yang ringkas, menyesuaikan karakteristik pengguna di wilayah tersebut.
Di saat hampir bersamaan, GoTo juga tengah melakukan konsolidasi strategis pada entitas penyalur pembiayaan. Dua entitas yang dimaksud adalah PT Multifinance Anak Bangsa (MAB) yang merupakan perusahaan pembiayaan dan PT Mapan Global Reksa (Findaya) sebagai penyelenggara fintech p2p lending.
Kedua entitas tersebut adalah cucu usaha GoTo melalui kepemilikan tidak langsung via PT Dompet Karya Anak Bangsa (DKAB). Lewat DKAB itu juga GoTo menggenggam kepemilikan GoPay yang berdiri di atas payung PT Dompet Anak Bangsa.
Di medio Juni 2023 misalnya, penyedia layanan gopaylater diumumkan pindah dari Findaya ke MAB. Dalam hal ini, Budi menjelaskan bahwa perpindahan pengelolaan itu adalah upaya memenuhi aspek kepatuhan (comply) kepada pihak regulator. Tapi, GoTo Financial juga mengakui adanya implementasi rencana bisnis atas aksi tersebut.
"Kalau kita lihat, layanan PayLeter itu banyak masuk ke ranah multifinance. Jadi, memang kita sesuaikan juga dengan kepatuhan tersebut. Jadi ada strategi bisnis, tapi juga tentu ada aspek kepatuhan," beber Budi.
Dia menerangkan, layanan gopaylater oleh MAB ini akan masuk menjadi salah satu fitur di aplikasi GoPay dan disusul layanan pembiayaan lain di masa mendatang. "Memang dari sisi kita harapannya dari produk atau layanan seperti gopaylater, (ditambah) kerja sama dengan institusi keuangan lainnya, ini bisa menjadi alat inklusi keuangan dan literasi keuangan," imbuh Budi.
Jika ditilik lebih lanjut, perpindahan pengelolaan gopaylater dari MAB sebagai entitas perusahaan pembiayaan bukan tanpa alasan. Pertama, perusahaan pembiayaan atau multifinance akan mendapat akses langsung ke Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) OJK, sehingga seleksi risiko pun akan lebih terukur.
Findaya, yang merupakan perusahaan fintech p2p lending belum memiliki kapabilitas ini. Berdasarkan penuturan sumber Investor Daily, fintech p2p lending memang sudah diperbolehkan mengakses SLIK sesuai regulasi yang berlaku, namun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) belum membuka akses itu. Faktor teknis antara regulator dan penyelenggara jadi persoalan.
Selain itu, Findaya kini berpotensi lebih selektif dalam penyaluran mengingat kualitas pinjaman yang terlanjur ringsek. Mengacu laman Findaya, tingkat keberhasilan bayar 90 hari (TKB 90) tercatat di level 89,47%. Dengan kata lain, pinjaman macet Findaya tembus 10,53%. Berpindahnya layanan gopaylater ke MAB bisa mendukung penyelesaian persoalan ini.
Padahal, Findaya sendiri punya basis pengguna yang lumayan besar. Jumlah peminjam (borrowers) aktif sampai dengan Juni 2023 tercatat lebih dari 997 ribu. Outstanding pinjaman sudah mencapai Rp 420,56 miliar, dengan akumulasi pinjaman sepanjang tahun berjalan mencapai Rp 2,76 triliun, yang disokong hanya empat pemberi pinjaman (lenders). Selain sempat menggarap gopaylater, Findaya punya produk lain yaitu gopay pinjam dan gomodal.
Alasan kedua, ada celah pendanaan yang lebih murah sehingga margin lebih baik jika penyedia layanan gopaylater berpindah ke MAB. Hal ini juga yang menjadi alasan beberapa fintech p2p lending menggulirkan rencana akuisisi multifinance beberapa waktu belakangan.
Momentum
Setelah diakuisisi pihak GoTo, MAB yang dulunya bernama Rama Multi Finance memang belum begitu gencar menyalurkan pembiayaan. Berdasarkan laporan keuangan MAB 2022, piutang pembiayaan baru mencapai Rp 64,61 miliar, berasal dari pembiayaan modal kerja dan investasi.
Hal ini tidak terlepas dari kapasitas MAB yang masih terbatas. Rencana suntik modal senilai Rp 678,72 miliar kepada MAB oleh GoTo belum jua terealisasi, tercermin laporan GoTo ke Bursa Efek Indonesia (BEI) atas realisasi hasil penawaran umum per 13 Juli 2023. Namun, pernyataan Budi mengindikasikan sebaliknya, bahwa MAB lewat layanan gopaylater akan segera aktif dan masif.
Baca Juga: Belum Sebulan Pimpin GOTO, Patrick Walujo Sudah Bikin Gebrakan
"Sebenarnya tidak hanya MAB, tetapi seluruh bisnis lending kita bisa berkembang. Karena ini momentum agar bisnis pembiayaan di ekosistem GoTo bisa berkembang. Jadi tidak hanya MAB, tapi nantinya Findaya dan entitas-entitas lainnya, termasuk GoPay juga akan ada andilnya," beber Budi.
Sejalan dengan MAB, kata dia, Findaya secara khusus sudah mendesain produk pembiayaan terbaru sesuai rencana strategis yang disampaikan kepada OJK. Strategi demikian yang diyakini dapat mengerek penyaluran pembiayaan kedua entitas. "Tujuannya bareng-bareng dengan ekosistem GoTo Financial harapannya dua produk ini juga bisa terus mendorong agar lebih banyak masyarakat mendapatkan akses pembiayaan," jelas Budi.
Semakin Ketat
Di sisi lain, Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rizkia Darmawan melalui paper berjudul "Tech Sektor update: What's going on with Indonesia's fintech industry" mengungkap bahwa persaingan di sektor teknologi finansial (financial technology/fintech) saat ini semakin ketat. Tidak hanya dari perusahaan-perusahaan fintech lain, perusahaan teknologi besar dan bank-bank tradisional mulai masuk di sektor ini.
"Perusahaan-perusahaan teknologi yang lebih besar seperti Grab, Shopee, dan GoTo memiliki keunggulan ekosistem yang mapan, basis pengguna yang besar, dan sumber daya keuangan yang lebih kuat, yang memungkinkan mereka untuk dengan cepat meningkatkan kehadiran mereka di ruang fintech," kata dia.
Sementara bank-bank tradisional, dengan dukungan finansial yang kuat, biaya modal yang lebih rendah, dan keberadaan offline, juga memiliki tantangan yang kompetitif. Dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat ini, fintech harus memperkuat proposisi nilai mereka yang unik, dengan menekankan kemitraan dalam ekosistem yang lebih luas untuk meningkatkan distribusi dan meningkatkan daya tahan.
Baca Juga: Lewat Aplikasi GoPay, GOTO Bebaskan Biaya Transfer
Rizkia menambahkan, pertumbuhan penetrasi menjadi semakin penting karena persaingan di pasar semakin ketat. Masih ada peluang penting untuk meningkatkan kesadaran dan adopsi konsumen terhadap layanan tekfin, termasuk pinjaman, manajemen kekayaan, deposito, dan asuransi.
Meski para pemain fintech saat ini menikmati keuntungan untuk meningkatkan pertumbuhan penetrasi mereka dengan cepat, seperti menawarkan insentif seperti promosi dan diskon, ketergantungan yang berlebihan terhadap insentif dapat membahayakan kelangsungan jangka panjang industri ini. Lebih dari sekedar insentif, fintech mesti menekankan langkah-langkah keamanan, meningkatkan kenyamanan, dan meningkatkan pengalaman pengguna.
Mengacu laporan keuangan GoTo, pendapatan dari segmen operasi teknologi keuangan grup tercatat masih dalam posisi negatif, meski bergerak membaik. Pada kuartal I-2023, pendapatan bersih di segmen tersebut mencapai Rp 384,06 miliar, tetapi rugi usaha dibukukan sebesar Rp 696,00 miliar.
Editor: Kunradus Aliandu (kunradu@investor.co.id)
Dapatkan info hot pilihan seputar ekonomi, keuangan, dan pasar modal dengan bergabung di channel Telegram "Official Investor.ID". Lebih praktis, cepat, dan interaktif. Caranya klik link https://t.me/+oCMJPFzpWeg0OGZl, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS