Rights Issue, Sentul City Bidik Dana Rp 5 Triliun

19 Januari 2023 | Sumber: investor.id

JAKARTA, Investor.id - PT Sentul City Tbk (BKSL) telah mengantongi pernyataan pendaftaran efektif penawaran umum terbatas saham atau rights issue dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 18 Januari 2023. Perseroan membidik dana segar Rp 5 triliun dari aksi korporasi ini.

Berdasarkan prospektus Sentul City, Kamis (19/1/2023), perseroan akan melepas 100,62 miliar saham baru melalui rights issue, dengan harga pelaksanaan Rp 50. Dalam aksi tersebut, PT Sakti Generasi Perdana (SGP) selaku pemegang saham utama perseroan akan mengeksekusi haknya sebanyak 53 miliar saham atau setara 52,68%. Artinya, nilai saham baru yang akan ditebus SGP mencapai Rp 2,65 triliun.

SGP juga akan bertindak sebagai pembeli siaga rights issue Sentul City. Perusahaan ini siap mengambil maksimal 47,61 miliar saham baru atau setara 47,32% senilai Rp 2,38 triliun yang diterbitkan melalui rights issue, jika pemegang saham lain tidak bersedia mengeksekusi haknya.

Manajemen Sentul City menyatakan, kepemilikan pemegang saham yang tidak mengambil haknya dalam rights issue tersebut akan terdilusi sebesar 60%. Pascapelaksanaan rights issue, jumlah saham perseroan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) akan meningkat menjadi 167,7 miliar dari sebelumnya 67,08 miliar.

Sesuai rencana, sebesar 18,41% dana hasil rights issue akan digunakan perseroan untuk membayar utang kepada Bintang Harapan Desa sebesar Rp 166,5 miliar, kemudian Daya Kharisma Nusantara sebesar Rp 215 miliar, Golden Capital Foundation Ltd sebesar Rp 358,7 miliar, kepada Fajar Abadi Masindo sebesar Rp 15 miliar, Alam Raya Hijau sebesar Rp 99,79 miliar, dan Queen Bridge Investment Ltd sebesar Rp 61,27 miliar.

Selain itu, perseroan akan memakai 0,87% dana rights issue untuk menambah penyertaan modal di PT Sukaputra Graha Cemerlang, yang selanjutnya dimanfaatkan untuk membayar utang kepada Queen Bridge Investment Ltd sehubungan dengan aktivitas operasional sebesar Rp 43,5 miliar.

Kemudian, sekitar sebesar Rp 3,3 triliun atau 76,34% dari rights issue akan digunakan perseroan untuk ekspansi dan pengembangan. Adapun sisanya digunakan untuk membangun proyek-proyek baru, biaya pemasaran, hutang pajak, dan gaji karyawan.

Prospek Properti

Sementara itu, analis Central Capital Futures Wahyu Tri Laksono menilai, saat ini, ancaman resesi global, kenaikan inflasi domestik, dan tren kenaikan suku bunga masih menjadi momok sektor properti. Ini membuat sektor ini belum menarik di mata para pemodal.

"Tetapi, kondisi tahun ini tidak akan seburuk krisis sebelumnya seperti tahun 2008, apalagi tahun 1998," kata Wahyu kepada Investor Daily.

Sebaliknya, dia menilai, tren global bisa saja membaik, seiring dengan meredanya tren inflasi di Amerika Serikat (AS). Ini mengurangi agresivitas The Fed dalam mengerek suku bunga acuan.

Dalam jangka panjang, Wahyu melihat sektor properti masih menarik. Sebab, ekonomi Indonesia masih bergerak ke arah yang lebih mapan atau berpotensi menuju negara maju.

Wahyu menilai rights issue akan mengangkat harga saham BKSL, seperti saat wacana atau isu ini mencuat. “Jika investor strategis sudah berkomitmen masuk, rights issue ini mungkin sukses," tandas Wahyu. 

Editor : Harso Kurniawan (harso@investor.co.id)

Sumber : Investor Daily