Saham emiten baru 2021 naik ribuan persen, berikut pendorongnya

9 Maret 2021 | Sumber: kontan

Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang tahun 2021 sampai dengan Senin (8/3), ada delapan perusahaan baru yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Delapan saham emiten tersebut menorehkan kenaikan harga yang signifikan dibandingkan harga saat initial public offering (IPO).

Kenaikan harga tertinggi dicatatkan oleh PT DCI Indonesia Tbk (DCII) yang melesat 2.810% menjadi Rp 12.225 per saham dari harga IPO Rp 420 per saham. Akan tetapi, saham emiten teknologi yang tercatat pada 6 Januari 2021 sudah terkena suspensi sebanyak tiga kali karena peningkatan harga yang signifikan.

Selain DCII, saham PT Bank Net Indonesia Syariah Tbk (BANK) juga meningkat 1.817% menjadi Rp 1.975 dari harga IPO Rp 103 per saham. Harga saham yang tercatat pada 1 Februari 2021 ini bahkan pernah mencapai level Rp 2.580 per saham.

Yang tak kalah menarik adalah PT Indointernet Tbk (EDGE) yang pernah mencapai level Rp 37.825 per saham, melampaui harga PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Akan tetapi, per Senin (8/3), harga EDGE sudah turun ke posisi Rp 16.225 atau naik 120% dari harga IPO Rp 7.375 per saham.

Selain ketiga saham tersebut, ada juga PT Damai Sejahtera Abadi Tbk (UFOE) yang meningkat 288% dari harga IPO menjadi Rp 392 per saham, lalu PT Diagnos Laboratorium Utama Tbk (DGNS) +149% menjadi Rp 498, PT Ulima Nitra Tbk (UNIQ) +34,75% menjadi Rp 159, PT FAP AGRI Tbk (FAPA) +33,15% menjadi Rp 2.450, dan PT Widodo Makmur Unggas Tbk (WMUU) +10,6% menjadi Rp 199 per saham.

Analis Panin Sekuritas William Hartanto mengatakan, saham DCII, EDGE, dan BANK menorehkan kenaikan yang sangat tinggi karena terdorong oleh sentimen bank digital dan perusahaan teknologi. "Ekspektasi pelaku pasar terhadap kedua sektor ini lagi tinggi-tingginya sehingga penguatannya mencolok dibanding IPO sektor lain," tutur William saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (8/3).

Analis Phillip Sekuritas Anugerah Zamzami Nasr juga menilai, kenaikan ini terjadi seiring dengan spekulasi para pelaku pasar karena digitalisasi sedang menjadi topik panas belakangan ini. "Sehingga bank-bank dan emiten teknologi yang berkecimpung di ranah digitalisasi jadi sasaran pelaku pasar," ucap Zamzami.

Zamzami menambahkan, saham-saham perusahaan yang baru IPO memang cenderung mencatatkan kenaikan signifikan. Hal ini dapat terjadi karena permintaan yang tinggi tetapi penawarannya sedikit atau bisa juga karena saham yang beredar banyak dikuasai oleh beberapa pihak saja.

Menurut William, jarang ada saham yang baru IPO yang bergerak atas faktor fundamental. Bahkan, secara teknikal, arah pergerakan sahamnya pun tidak terbaca karena grafiknya belum menunjukkan tren yang jelas. "Secara umum, saham-saham IPO bergerak karena spekulasi pelaku pasar saja," ucap dia.

Meskipun begitu, William memandang bahwa FAPA dan WMUU menarik untuk dikoleksi. FAPA berpotensi terdorong sentimen harga jual crude palm oil (CPO) yang sedang menguat. Sedangkan WMUU terkena sentimen culling program untuk menormalkan kembali harga daging ayam.

Sementara untuk saham-saham teknologi seperti EDGE dan DCII, prospeknya tergolong bagus, tetapi harganya saat ini sudah terlalu tinggi untuk dikoleksi. Oleh karena itu, William, menyarankan investor untuk menunggu harga keduanya turun terlebih dahulu.