Saham Raja Nikel Akhirnya Bangkit, Analis Pasang Target Harga Tinggi
JAKARTA, Investor.id – Saham sang raja nikel, PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBM/MBMA), mulai bangkit, ditopang membaiknya harga nikel di pasar global. Kemarin, saham MBMA naik 6,6% ke level Rp 805, mengikuti pergerakan induknya, PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), yang naik 5,9% menjadi Rp 3.380.
Sejauh ini, kalangan analis memberikan rekomendasi positif saham MBMA dengan target harga masih jauh dari saat ini.
Berdasarkan data Bloomberg, dikutip Rabu (30/8/2023), ada lima sekuritas meriset MBMA dengan rekomendasi buy atau outperform. Perinciannya, Indo Premier menyematkan rekomendasi buy MBMA dengan target harga Rp 990, Buana Capital buy, target harga Rp 870, Macquarie outperform, target harga Rp 1.000, BRI Danareksa Sekuritas buy, target harga Rp 910, dan HSBC buy, target harga Rp 929.
Merdeka Battery tadinya bernama PT Hamparan Logistik Nusantara. Perseroan memiliki tambang nikel di Konawe, Sulawesi Tenggara, yang dikendalikan PT Sulawesi Cahaya Mining (SCM). Sumber daya nikel tambang ini mencapai 1,1 miliar ton, terbesar di dunia, dengan kandungan nikel 13,8 juta ton (kadar 1,22%) dan kobalt 1 juta ton
MBM resmi masuk ekosistem baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV) setelah mengakuisisi 60% saham di PT Huaneng Metal Industry (HNMI). Nilai transaksi ini mencapai US$ 75 juta.
Berdasarkan materi presentasi Merdeka tentang kinerja kuartal I-2023, HNMI memiliki fasilitas converter low grade nickel matte (LGNM) menjadi high grade nickel matte (HGNM) yang sudah beroperasi, dengan kandungan nikel di atas 70%. Jumlah itu di atas kandungan nikel produk nickel pig iron (NPI) yang diproduksi tiga anak usaha MBM, yakni PT Cahaya Smelter Indonesia (CSI), PT Bintang Smelter Indonesia (BSI), dan Zhao Hui Nickel ZHN.
Nikel matte adalah produk nikel antara yang dapat diolah menjadi nikel sulfat, material (prekursor) kutub positif (katoda) baterai EV, selain kobalt sulfat, lithium, mangan/aluminium.
“Dengan mengakuisisi converter nikel matte, MBM bisa mendapatkan tambahan arus kas dan margin, lantaran menjual produk dengan kandungan nikel lebih tinggi, yakni nikel matte,” tulis manajemen Merdeka, belum lama ini.
Sesuai rencana, MBM akan memodifikasi smelter rotary kiln electric furnace (RKEF) CSI, BSI, dan ZHN untuk menghasilkan LGNM. Selanjutnya, produk itu dipasok ke HNMI untuk dijadikan HGNM. Kapasitas produksinya mencapai 50 ribu ton per tahun.
Di luar proyek itu, Merdeka melalui MBM memiliki rencana besar untuk membangun smelter dengan teknologi high pressure acid leach (HPAL) yang menghasilkan mixed hydroxide precipitate (MHP) di Indonesia Konawe Industrial Park (IKIP), Sulawesi Tenggara. Pabrik ini akan mengambil nikel limonit dari tambang SCM yang lokasinya dengan dengan IKIP.
Editor: Harso Kurniawan (harso@investor.co.id)
Dapatkan info hot pilihan seputar ekonomi, keuangan, dan pasar modal dengan bergabung di channel Telegram "Official Investor.ID". Lebih praktis, cepat, dan interaktif. Caranya klik link https://t.me/+oCMJPFzpWeg0OGZl, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS