Saham SILO Masuk MSCI, John Riady: Kontribusi Siloam Nyata

25 November 2021 | Sumber: investor.id

JAKARTA, investor.id - Mengemban misi sosial sekaligus menjaga kinerja perusahaan secara profesional merupakan tantangan bagi jajaran PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO). Siloam telah berkontribusi nyata melalui kedua aspek tersebut.

Menurut Presiden Komisaris Siloam International Hospitals, John Riady, aspek sosial dan profesional menjadi pangkal perhatian manajemen Siloam selama ini. “Apalagi saham SILO kini masuk indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI) Small Cap atau MSCI Small Cap Indexes List,” kata John dalam keterangan resmi di Jakarta, Kamis (25/11/2021).

Saham SILO bersama beberapa emiten lainnya menggusur posisi saham PT Selamat Sampurna Tbk (SMSM), PT Bintang Oto Global Tbk (BOGA), dan PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP).

MSCI Small Cap Index merupakan indeks kumpulan saham pilihan dari berbagai negara dengan prasyarat saham diperdagangkan atau free float di atas 14%. Singkatnya, masuknya emiten dalam indeks ini akan meyakinkan para investor bahwa saham-saham tersebut layak dikoleksi.

Hal itu tercermin pada pergerakan harga saham yang signifikan di bursa. Saham SILO bergerak naik sekitar 11% dalam sepekan terakhir. “Masuknya SILO dalam indeks MSCI Small Cap sejalan dengan kinerja mengilap korporasi di bawah Lippo Group,” ujar John Riady.

Menurut John, kehadiran saham SILO di jajaran MSCI mencerminkan kinerja perusahaan yang baik secara operasional maupun finansial. “Artinya kami sangat profesional dan dipercaya bisa menjaga kinerja tersebut secara berkesinambungan,” tutur dia.

Siloam mencatatkan kinerja bisnis yang positif secara berkesinambungan. Hingga kuartal III-2021, perseroan membukukan total pendapatan Rp 5,9 triliun, melonjak 46,7% dibanding periode saham tahun lalu (year on year/yoy). Khusus pada kuartal III-2021, Siloam mencatatkan pendapatan Rp 2,1 triliun, meningkat 9,4% dari kuartal sebelumnya.

Selama Januari-September 2021, laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) Siloam tercatat Rp 1,5 triliun, melesat 107,2% dari periode sama tahun sebelumnya. Margin EBITDA selama tiga kuartal tahun ini juga meningkat menjadi 26,2% dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar 18,5%.

Seiring dengan itu, sejak 1 Januari 2019, harga saham SILO meningkat 2,4 kali dan kapitalisasi pasarnya kini menembus Rp 14 triliun, sehingga menjadikannya sebagai jaringan rumah sakit (RS) terbesar dengan kinerja baik.

Berorientasi Kemanusiaan

John Riady menegaskan, bisnis RS sebagai mata rantai terpenting dalam sebuah sistem layanan kesehatan tetap wajib berorientasi kemanusiaan dan sosial. Agar misi tersebut optimal, seluruh syarat seperti infrastruktur, ketersediaan tenaga kerja kesehatan, peralatan laboratorium, hingga fasilitas teknologi wajib dihadirkan.

Dia mengungkapkan, sisi suplai layanan kesehatan secara nasional sangat kurang, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Indonesia hanya memiliki rasio ranjang 1,33 per 1.000 orang.

Indonesia juga dihadapkan problem minimnya jumlah dokter. Saat ini saja, jumlah dokter hanya sekitar 81.011 orang, dengan persebaran terbanyak di Pulau Jawa, terutama Jabodetabek, dengan rasio 0,3 per 1.000 orang.

“Untuk itulah Lippo Group melalui Siloam sejak semula mempunyai visi untuk membangun ekosistem kesehatan nasional yang kuat, mulai dari pendidikan dokter dan perawat di UPH, hingga menyediakan akses beasiswa bagi para spesialis, hingga menjadikan Siloam sebagai wadah berkiprahnya dokter-dokter terbaik tersebut,” papar dia.

Dengan membangun ekosistem, menurut John Riady, Siloam secara perlahan berhasil memupuk optimisme untuk mengentaskan persoalan kualitas dan kuantitas layanan kesehatan nasional. Kini, jaringan RS Siloam berjumlah 40 yang tersebar di 23 kota.

Dia menambahkan, dengan infrastruktur mumpuni dan jumlah tenaga kesehatan yang memadai, jaringan RS Siloam pun ikut diandalkan menanggulangi pandemi Covid-19, terlebih pada masa genting gelombang kedua yang lalu.

“Kami ikut membantu pemerintah menangani pasien Covid-19 yang sangat melonjak pada gelombang kedua lalu. Tenaga kesehatan kami secara profesional bekerja menyelamatkan nyawa manusia,” tutur John.

Pelajaran Berharga

Di lain sisi, kata John Riady,  pandemi Covid-19 juga memberikan pelajaran berharga bahwa sistem layanan kesehatan nasional perlu terus diperkuat. Terlebih ke depan, sistem layanan inipun wajib memiliki daya antisipasi dan mitigasi dalam menghadapi pandemi yang sangat mungkin berulang.

“Karena itu, kami berupaya terus melakukan ekspansi yang berarti pula menguatkan mata rantai layanan kesehatan nasional. Ekosistem kami bangun dan kembangkan terus. Untuk itu semua, kami harus selalu menjaga profesionalitas, baik dari sisi finansial maupun operasional. Tanpa kekuatan finansial dan kepercayaan investor, tentunya Siloam tak bisa berbuat banyak,” papar dia.

John mengemukakan, berkaca pada imbas pandemi dan erta tren kesehatan global, Siloam akan mengembangkan konsep layanan kesehatan berbasis wellness, yang senantiasa berupaya agar orang tetap sehat. Konsep ini berbeda dengan konsep healthcare tren kesehatan yang dianut saat ini, di mana pengelola RS menguatamakan penanganan penyakit pasien.

“Dengan konsep ini, kerja mata rantai kesehatan akan menjadi lebih ringan, lebih berorientasi preventif, sehingga mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat,” tandas dia.

 

 

Editor : Abdul Aziz (abdul_aziz@investor.co.id)

Sumber : Investor Daily