S&P kerek peringkat Alam Sutera (ASRI) jadi CCC+, prospek tetap negatif

2 Juli 2021 | Sumber: kontan

Reporter: Nur Qolbi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. S&P Global Ratings menaikkan peringkat utang jangka panjang PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) dari CCC menjadi CCC+. Kenaikan peringkat juga diberikan untuk surat utang senior tanpa jaminan yang akan jatuh tempo pada 2022. Akan tetapi, S&P tetap mempertahankan prospek negatif bagi Alam Sutera.

Analis S&P Global Ratings Christina Lim mengatakan, kenaikan peringkat ini diberikan seiring adanya peningkatan permintaan properti di end-user dan kebijakan yang suportif berupa suku bunga kredit yang rendah. "Kondisi ini dapat meningkatkan marketing sales Alam Sutera pada 2021 secara moderat," kata dia dalam risetnya, Kamis (1/7).

Christina memperkirakan, Alam Sutera dapat membukukan marketing sales hingga Rp 2,9 triliun sepanjang tahun ini, lebih tinggi dari realisasi 2020 yang sebesar Rp 2,8 triliun. Proyek-proyek yang akan menjadi fokus perusahaan adalah segmen hunian rumah tapak di kawasan Suvarna Sutera dan Alam Sutera, serta apartemen dan ruko Elevee.

Kenaikan peringkat juga diberikan sebab Christina menilai, likuiditas Alam Sutera cukup untuk membiayai operasional dalam 12 bulan ke depan. Mengingat, Alam Sutera berpotensi mencatatkan kenaikan marketing sales, memiliki pinjaman senilai Rp 500 miliar dari BCA yang diperoleh pada April 2021, serta mempunyai manfaat lindung nilai yang belum terealisasi.

Asal tahu saja, setelah melakukan pelunasan sebagian obligasi pada Juni 2021, Alam Sutera masih memiliki utang obligasi senilai US$ 24,1 juta yang bakal mencapai tenggat pada April 2022. Dengan asumsi kurs Rp 14.100 per dollar AS, jumlah sisa obligasi yang belum dilunasi setara Rp 339,81 miliar.

Di sisi lain, prospek negatif tetap dipertahankan seiring dengan adanya risiko peningkatan kasus Covid-19 dan perpanjangan pembatasan kegiatan masyarakat. Menurut Christina, kondisi ini dapat mengancam likuiditas Alam Sutera.

"Likuiditas Alam Sutera dapat tergerus lebih cepat dari perkiraan dalam waktu 12 bulan ke depan seiring dengan situasi Covid-19 yang berkembang di Indonesia yang dapat memberikan efek negatif pada sentimen konsumen dan pemulihan penjualan perusahaan," ucap dia.