Suspend saham Bakrie Telecom (BTEL) capai 24 bulan, BEI peringatkan potensi delisting

3 Juni 2021 | Sumber: kontan

Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) memperingatkan potensi delisting atas saham PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL). Peringatan potensi delisting ini mengingat suspend saham BTEL yang telah mencapai lebih dari 24 bulan atau dua tahun.

Saham Bakrie Telecom telah disuspensi selama 24 bulan pada tanggal 27 Mei 2021 sehingga berdasarkan ketentuan III.3.1.2 Peraturan Bursa Nomor I-I tentang Penghapusan Pencatatan (Delisting) dan Pencatatan Kembali (Relisting) Bakrie Telecom telah memenuhi kriteria penghapusan pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia," ungkap BEI dalam pengumuman bursa pada 27 Mei lalu.

Bursa meminta kepada publik untuk memperhatikan dan mencermati segala bentuk informasi yang disampaikan oleh emiten serta pengumuman bursa. Suspend yang sudah mencapai 24 bulan sekaligus keraguan atas kelangsungan usaha merupakan syarat penghapusan saham perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia. 

BEI memperpanjang suspend atas saham BTEL meski Bakrie Telecom menyerahkan laporan keuangan. Berdasarkan evaluasi bursa atas laporan keuangan serta tanggapan permintaan penjelasan, BEI berpendapatan masih terdapat keraguan atas kelangsungan usaha (going concern) Bakrie Telecom.

Baca Juga: Ada saham berpotensi delisting, apa yang sebaiknya dilakukan investor?

Bakrie Telecom telah menyampaikan laporan keuangan tahunan 2020 pada 21 Mei 2021. Berdasarkan laporan keuangan, BTEL meraup pendapatan usaha Rp 10,54 miliar, naik tipis dari Rp 10,27 miliar di tahun sebelumnya.

Tapi, emiten Grup Bakrie ini mencatat kerugian bersih Rp 108,13 miliar, jauh lebih besar daripada pendapatan. Kerugian ini pun berbalik dari posisi tahun 2019 dengan laba Rp 7,28 miliar.

Penyebab utama kerugian bersih BTEL ini adalah beban keuangan yang mencapai Rp 89,81 miliar. Beban keuangan Bakrie Telecom melonjak secara tahunan dari hanya Rp 15 juta di tahun 2019.

Neraca keuangan Bakrie Telecom pun masih tertekan. Emiten yang pengendalinya adalah PT Bakrie Global ini memiliki defisit modal Rp 18,7 triliun dengan defisiensi modal bersih Rp 11,30 triliun. 

Sementara liabilitas total BTEL sebesar Rp 11,31 triliun. Total aset Bakrie Telecom hanya Rp 3,27 miliar.

Berdasarkan data biro administrasi efek per Februari 2021, jumlah saham BTEL dengan kepemilikan kurang dari 5% mencapai 50,76%.

PT Huawei Tech Investment mencatat kepemilikan terbesar, yakni 16,81%. PT Mahindo Agung Sentosa menggenggam 13,58% saham BTEL. PT Bakrie Global Ventura memiliki 7,17% saham Bakrie Telecom. Sementara Raiffeisen Bank International dan Credit Suisse AG Singapore Branch masing-masing memiliki 6,01% dan 5,37% saham BTEL.