Terdampak Covid-19, Perdana Bangun Pusaka (KONI) pesimistis kinerja tumbuh di 2021

23 Februari 2021 | Sumber: kontan

Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. PT Perdana Bangun Pusaka Tbk (KONI) pesimistis menghadapai tahun 2021. Mengingat, penyebaran virus corona yang belum teratasi membuat aktivitas masyarakat terbatas.

Karena itu, KONI menargetkan kinerja tahun ini paling tidak sama dengan tahun 2020. Direktur KONI Rudi Lauw mengatakan, di tengah pandemi Covid-19 yang masih terjadi perusahaan masih akan tertekan. Sebabnya, aktivitas di luar rumah semakin terbatasi sehingga penjualan produk-produk fotografi perusahaan mengalami penurunan yang signifikan.

"Permintaan tetap ada, tapi tidak seperti biasa. Kalau bicara bisnis foto itu babak belur yang mana secara keseluruhan omzet dibandingkan tahun lalu (2019) turun sekitar 27%-28%," jelas dia kepada Kontan.co.id, Kamis (18/2).

Menurutnya, capaian tersebut cukup baik lantaran pada saat awal pandemi omzet perusahaan hanya 20%. "Tahun lalu kami tertolong dari permintaan printing saat kampanye," lanjutnya.

Dari sana, KONI mencatat pendapatan yang belum diaudit sepanjang 2020 sebesar Rp 97 miliar.

Sementara, untuk tahun ini pihaknya menilai kinerja masih akan tertekan. Sebabnya, sentimen vaksin Covid-19 belum tentu langsung meningkatkan aktivitas masyarakat di luar. 

"Selain itu, kontributor pendapatan terbesar kami dari Pulau Jawa sekitar 60%, tetapi melihat penerapan PSBB sejak awal tahun selalu terjadi di Pulau Jawa," terangnya.

Dari sana, KONI memproyeksikan capaian kinerja tahun ini masih akan mengalami penurunan. "Namun, kami harapkan bisa menyamai realisasi tahun lalu," tegasnya.

Untuk itu, perusahaan berupaya untuk menambah produk-produk digital printing guna menggenjot penjualan yang mana disebutnya menjadi kontributor terbesar saat ini. Dengan begitu, pihaknya berencana masuk pada produk printer UV.

Di sisi lain, KONI juga terus berupaya mengurangi beban perusahaan yang berasal dari hutang luar negeri. Untuk itu, tahun ini pihaknya akan kembali melakukan penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (private placement).

"Dana yang kami target masih sama dengan sebelumnya sekitar Rp 11 miliar, semoga bisa terealisasi sebelum Juni," ujarnya.

Rudi bilang, rencana penggunaan dana private placement tersebut seluruhnya untuk membayar utang luar negeri. 

"Kami terus berupaya melunasi utang luar negeri karena berat di beban bunganya. Jadi, dari pada kami membayar bunga terus, lebih baik kami tambah di modal untuk mengurangi beban bunga," lanjutnya.

Ia juga menjelaskan bahwa utang tersebut merupakan utang lama yang terus diperpanjang tiap tahunnya. Rudi bilang setelah setoran bertahap ini maka sisa utangnya menjadi US$ 2,3 juta.