Terlilit utang, Felda berniat cabut dari Eagle High (BWPT)

7 Februari 2019 | Sumber: kontan

Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Peralihan kepemimpinan Malaysia turut membawa perubahan pada bisnis perusahaan pelat merahnya. Salah satunya adalah The Federal Land Development Authority (Felda).

Perusahaan perkebunan terbesar milik negara Malaysia ini berniat mengakhiri kerja sama kontroversial dengan Rajawali Group pada PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT). Straits Times mengabarkan bahwa Felda meminta pengembalian investasi lebih dari US$ 500 juta atas investasi pada BWPT sejak Mei 2017.

Felda mengakuisisi 37% saham Eagle High milik Rajawali pada saat itu. Pembelian disertai dengan put option atau opsi beli. Opsi ini memungkinkan Felda untuk menjual kembali saham ini dengan harga US$ 505,4 juta, dengan suku bunga tahunan 6%.

Dewan direksi Felda berniat mengeksekusi opsi ini lewat surat kepada Rajawali pada 3 Januari lalu. Felda mengajukan opsi ini dengan alasan bahwa Rajawali gagal memenuhi syarat transaksi awal, yang dulu didorong oleh mantan perdana menteri Najib Razak.

Dalam kesepakatan, Eagle High harus mendapatkan sertifikasi Roundtable of Sustainable Palm Oil yang merupakan akreditasi perusahaan sawit untuk mengakses pasar-pasar utama, sebelum akhir 2019.

Felda menilai bahwa Rajawali dan Eagle High masih jauh dari target tersebut. Alhasil, Felda berniat memutuskan hubungan dengan Grup Rajawali. Pejabat pemerintahan Malaysia yang terlibat langsung proses restrukturisasi Felda mengatakan bahwa Rajawal telah mengetahui hal ini dan berniat menantang opsi beli ini lewat jalur hukum.

Kasus ini akan menjadi perhatian karena akan menyoroti pengaruh politik terhadap bisnis Felda saat pemerintahan Najib, yang saat ini menghadapi proses hukum. Pengaruh politik ini juga dinilai sebagai penyebab tekanan kondisi finansial Felda.

Audit terhadap operasional Felda menunjukkan kondisi kesalahan pengelolaan serta penyimpangan serius pada proses akuisisi domestik dan internasional. Felda terus mencatat kerugian sejak 2013. Akibat kerugian ini, arus kas Felda mampet.

Bahkan, Felda terlilit utang besar yang naik menjadi RM 8 miliar atau setara US$ 2,7 miliar pada pertengahan 2018 lalu dari RM 1,5 miliar per akhir 2009. Lonjakan utang ini menyebabkan rasio utang terhadap ekuitas Felga naik lebih dari tiga kali lipat menjadi 46% dari hanya 14% pada periode yang sama. Felda terpaksa merevaluasi aset menjadi RM 1,5 miliar dari RM 2,4 miliar.

Felda didirikan pada 1956 di bawah kepemimpinan Tun Abdul Razak Hussein, ayah Najib. Felda menawarkan tanah penduduk sebagai perkebunan. Para penduduk ini kemudian bekerja di berbagai perkebunan karet, gula, dan sawit Felda.

Kondisi finansial Felda yang memburuk menyebabkan para pekerja menghadapi kesulitan, karena selama ini bergantung pada perusahaan ini untuk membeli produknya. Pejabat pemerintah yang meninjau operasional Felda mengatakan, hampir 80% pekerja yang memiliki tanah ini berutang hingga RM 1 miliar sebagai modal kerja sebelum masa panen.

Para penduduk ini juga berutang RM 4 miliar untuk skema penanaman kembali. Tingkat gagal bayar kedua macam utang ini sangat tinggi karena naiknya harga pupuk dan turunnya harga kelapa sawit.

Kesepakatan dengan Rajawali saat itu diharapkan bisa membawa suntikan finansial ke Felda. Tapi hal ini tak terealisasi. Para analis dan bankir memperingatkan bahwa Felda membayar di harga terlalu tinggi atas saham Eagle High.

Tapi, Najib yang dekat dengan pemilik Rajawali, Peter Sondakh, melanjutkan kesepakatan. Pemerintah Malaysia bahkan menyediakan pinjaman RM 2,25 miliar bertenor tujuh tahun untuk membayar akuisisi. Dalam laporan keuangan, Felda mencatat kerugian RM 1,7 miliar atas investasi Eagle High.