Vaksinasi Covid-19 mulai, saham IRRA malah antiklimaks

13 Januari 2021 | Sumber: kontan

Reporter: Arfyana Citra Rahayu, Hasbi Maulana, Tendi Mahadi | Editor: Hasbi Maulana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sampai penutupan perdagangan sesi pagi di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, Rabu (13/1), harga saham IRRA (PT Itama Ranoraya) masih mentok di batas bawah Rp 3.450 per saham.

Ya, dalam perdagangan sesi pagi hari ini harga saham IRRA menyentuh batas auto reject bawah (ARB) karena telah turun sedalam 6,75% dalam sehari. 

Kebetulan atau tidak, penurunan harga saham IRRA hingga mengalami ARB ini justru terjadi bersamaan dengan vaksinasi perdana Covid-19 terhadap Presiden RI Joko Widodo.

Harga saham IRRA mengalami lonjakan pesat sejak 4 Januari 2021 lalu. Selama sepekan terakhir saham produsen jarum suntik ini telah mengalami auto reject atas (ARA) sampai tiga kali. Setelah dua kali mengalami ARA, otoritas bursa mengumumkan status unusual market activity (UMA) terhadap saham IRRA.

Lantaran harga tetap mendaki pesat meski lampu kuning sudah dinyalakan penyelenggara bursa, akhirnya pada Selasa lalu BEI menghentikan sementara (suspensi) perdagangan saham IRRA pada Selasa (13/1) kemarin.   

Itarama Raya merupakan produsen jarum suntik terbesar di Indonesia, bahkan ASEAN. Mungkin karena itulah, ketika program vaksinasi Covid-19 semakin mendekati kenyataan harga saham IRRA juga semakin mendaki. Logika sederhana invetor awam: vaksinasi Covid-19 akan menggunakan banyak jarum suntik.

Pagi ini, setelah suspensi dibuka lagi, sebetulnya harga saham IRRA sempat mencapai rekor baru pada Rp 4.390 per saham. Namun, berangsur cepat harga saham IRRA ambles hingga menyentuh batas bawah harga yang mungkin disentuh pada perdagangan hari ini.

Di luar sentimen yang mungkin mewarnai pergerakan saham IRRA berkaitan dengan vaksinasi Covid-19 di Indonesia, manajemen perusahaan pembuat alat kesehatan ini yakin pendapatan mereka bakal meningkat pesat tahun 2021 ini.

Direktur Utama Itama Ranoraya Heru Firdausi Syarif sempat mengungkapkan target kinerja yang lebih tinggi tahun ini di banding tahun lalu. Padahal, tahun 2020 Itama sudah mengalami lonjakan kinerja dibanding tahun sebelumnya. 

Sekadar catatan, Itama memproyeksikan pertumbuhan pendapatan tahun 2020 pada kisaran 90%-95% (YoY) dibandingkan pendapatan tahun 2019 yang tercatat Rp 281,8 miliar. Itu berarti pendapatan Itama tahun 2020 lalu diperkirakan mencapai Rp 540 miliar-Rp 550 miliar.